
MAKAN seafood sekarang nggak cuma soal rasa atau gizi. Ada satu hal kecil, secara harfiah, yang bisa ikut masuk ke tubuh tanpa disadari, mikroplastik.
Partikel plastik superkecil ini makin sering ditemukan di laut dan kemungkinan besar sudah ikut masuk ke tubuh ikan, udang, cumi, bahkan ke piring makan kita. Masalahnya, sampai sekarang, belum ada standar global buat ngukur seberapa banyak mikroplastik dalam makanan laut.
Tanpa metode yang disepakati, penelitian tentang mikroplastik jadi sulit dibandingkan. Hasilnya? Kita nggak tahu pasti apakah level plastik di makanan sudah mengkhawatirkan atau belum. Ini bikin pengawasan jadi lemah dan kebijakan susah dibuat.
Solusi Baru dari Ilmuwan Jerman
Kabar baiknya datang dari Jerman. Melansir Phys, tim ilmuwan di Max Rubner-Institut berhasil bikin metode baru buat mendeteksi mikroplastik di daging makanan laut. Jadi nggak cuma di perut ikan atau cangkang kerang, tapi benar-benar di bagian yang kita makan.
Baca juga: Mikroplastik Menyusup Lewat Sarapan, Makan Siang, dan Makan Malam
Caranya cukup canggih. Mereka pakai enzim dan bahan kimia buat “melarutkan” jaringan makanan laut. Setelah itu, partikel plastik dipisahkan dengan teknik filtrasi bertekanan tinggi. Supaya lebih akurat, mereka juga pakai pewarna khusus (Nile red) yang bikin partikel plastik menyala di bawah mikroskop.
Biar nggak ketuker sama sisa tulang atau protein alami, tim ini menambahkan pewarna lain yang bisa “mematikan” cahaya dari bahan biologis. Kombinasi dua pewarna ini, plus analisis gambar semi-otomatis, bikin proses deteksi jadi makin presisi.
Nanoplastik Masih Misterius
Meski begitu, masih ada tantangan besar, nanoplastik. Ukurannya lebih kecil lagi dan lebih susah dideteksi. Partikel ini gampang nempel di filter dan tertutup lemak atau protein dari makanan. Jadi sampai sekarang, teknologi buat ngelacak nanoplastik belum benar-benar bisa diandalkan.

Yang bikin khawatir, mikroplastik ternyata nggak cuma ada di seafood. Studi lain nemuin partikel plastik di susu, daging, telur, bahkan madu. Artinya, paparan mikroplastik sudah nyebar di mana-mana.
Baca juga: Lahan Pertanian Simpan Mikroplastik 23 kali Lebih Banyak dari Laut
Menurut lembaga penilaian risiko pangan di Jerman, belum ada bukti kuat bahwa mikroplastik langsung bahaya buat tubuh. Tapi mereka bilang, kita tetap harus hati-hati dan terus cari tahu dampaknya dalam jangka panjang.
Saatnya Indonesia Bergerak
Buat negara seperti Indonesia, yang penghasil seafood besar dan konsumen plastik juga besar, ini sinyal penting. Kita butuh standar nasional buat ngukur dan ngawasin mikroplastik dalam makanan.
Baca juga: Studi Greenpeace-UI: Mikroplastik Mengancam Fungsi Otak
Tanpa data yang jelas, bahaya mikroplastik bisa terus “sembunyi”. Dan kalau dibiarkan, kita bisa telat ambil tindakan buat melindungi generasi sekarang dan masa depan.
Mikroplastik mungkin kecil, tapi dampaknya bisa besar. Kalau teknologi sudah ada, sekarang tinggal kemauan dan kebijakan buat jalanin. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.