![](https://mulamula.id/wp-content/uploads/2024/05/ee1da701-fe1d-4c8e-a99c-e8f8c0ac3894-1.jpeg)
PADA tahun 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa sekitar 10 juta penduduk Indonesia dari kelompok Gen Z—yang berusia antara 15 hingga 24 tahun—menganggur dan tidak menempuh pendidikan atau pelatihan apapun. Kondisi ini menunjukkan bahwa 22,25% dari total penduduk usia tersebut masuk dalam kategori NEET (Not in Education, Employment, or Training).
Gen Z, generasi yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, seharusnya menjadi tenaga kerja produktif dan inovatif. Namun, kenyataannya, banyak dari mereka yang belum diberdayakan. Dari total angka tersebut, sekitar 5,73 juta adalah perempuan, dan 4,17 juta lainnya adalah laki-laki.
Tingginya angka NEET, terutama di kalangan perempuan muda, seringkali disebabkan oleh beban pekerjaan domestik. Budaya yang menempatkan perempuan sebagai penanggung jawab utama pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah, membatasi mereka untuk melanjutkan pendidikan atau mendapatkan keterampilan kerja yang dibutuhkan.
Mencari kerja: Tantangan dan putus asa
BPS mencatat berbagai alasan mengapa banyak Gen Z memilih untuk menganggur. Mulai dari rasa putus asa setelah berkali-kali ditolak, hingga kurangnya akses transportasi dan pendidikan, keterbatasan finansial, tanggung jawab rumah tangga, serta kondisi disabilitas.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) juga menyatakan bahwa banyak Gen Z yang lebih memilih untuk berhenti mencari pekerjaan setelah mengalami banyak penolakan. Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas, Maliki, menyoroti bahwa efek jangka panjang pandemi Covid-19 turut berkontribusi pada tingginya angka NEET. Pada tahun 2019, jumlah NEET di Indonesia sebesar 21,77%, melonjak menjadi 24% saat pandemi, dan meskipun pada 2023 angka ini turun menjadi 22,25%, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Solusi dan harapan
Menghadapi tantangan ini, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk membuka lebih banyak peluang kerja dan pelatihan bagi Gen Z. Program-program pelatihan keterampilan, dukungan finansial untuk pendidikan, serta kebijakan yang mendukung kesetaraan gender dalam pekerjaan dan pendidikan sangat dibutuhkan.
Gen Z memiliki potensi besar untuk menjadi pendorong utama kemajuan ekonomi Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, mengatasi tantangan yang mereka hadapi saat ini akan menjadi investasi penting bagi kemajuan bangsa.
Dengan memanfaatkan data dan wawasan ini, kita dapat mulai merancang strategi yang lebih efektif untuk memberdayakan Gen Z, memastikan mereka tidak hanya siap memasuki dunia kerja, tetapi juga mampu berkontribusi secara signifikan bagi kemajuan negara.