Kenaikan Air Laut Bisa Capai 1,9 Meter, Apa Dampaknya?

Pencairan lapisan es di Greenland dan Antartika mempercepat kenaikan permukaan laut, mengancam kota-kota pesisir dengan potensi banjir besar. Foto: Jean-Christophe André/ Pexels.

KENAIKAN permukaan laut bukan lagi sekadar prediksi ilmiah—ia telah menjadi kenyataan yang terus mengancam kota-kota pesisir di seluruh dunia. Studi terbaru dari peneliti Universitas Teknologi Nanyang (NTU) Singapura dan Universitas Teknologi Delft Belanda mengungkapkan bahwa jika laju emisi global tidak terkendali, permukaan laut bisa naik hingga 1,9 meter pada akhir abad ini.

Angka ini jauh melampaui proyeksi Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang memperkirakan kenaikan maksimal hanya 1,01 meter.

Hasil riset ini memperkuat urgensi tindakan mitigasi iklim. Tanpa langkah serius untuk menekan emisi karbon, masyarakat pesisir di berbagai belahan dunia akan menghadapi ancaman yang lebih besar dari sekadar abrasi atau banjir rob musiman.

Dua Faktor Utama Pendorong Kenaikan Air Laut

Penelitian ini mengidentifikasi dua penyebab utama naiknya permukaan laut global:

  1. Meningkatnya suhu global dan pencairan es massal
    Pemanasan global yang terus meningkat telah mempercepat pencairan lapisan es di Greenland dan Antartika. Volume es yang berkurang menyebabkan lebih banyak air mengalir ke lautan, mempercepat kenaikan permukaan laut.
  2. Perubahan sirkulasi laut dan pergerakan tanah
    Naiknya permukaan laut tidak terjadi secara merata. Faktor-faktor seperti pola arus laut, perubahan kepadatan air, dan pergerakan tanah vertikal menyebabkan dampak yang bervariasi di berbagai wilayah.

Baca juga: Studi Prediksi Arktik Alami Musim Panas Tanpa Es Laut pada 2027

Dampak Langsung bagi Kota-kota Pesisir

Menurut data World Economic Forum, lebih dari 410 juta orang berisiko terdampak kenaikan permukaan laut pada akhir abad ini. Kota-kota besar yang berada di garis pantai, termasuk Jakarta, Mumbai, New York, dan Bangkok, akan menghadapi ancaman banjir yang lebih sering dan lebih parah.

Baca juga: Banjir Rob dan Krisis Air Tanah, Ancaman Ganda untuk Jakarta

Di Indonesia, Jakarta sudah mengalami penurunan tanah yang cepat akibat eksploitasi air tanah dan beban infrastruktur yang berat. Jika dikombinasikan dengan kenaikan permukaan laut, ibu kota ini bisa semakin rentan terhadap banjir pesisir. Di kota-kota seperti Semarang dan Pekalongan, banjir rob sudah menjadi peristiwa rutin yang semakin sulit dikendalikan.

Penelitian terbaru menunjukkan kota-kota pesisir di dunia terancam tenggelam akibat kenaikan permukaan laut hingga 1,9 meter pada akhir abad ini. Foto: Ilustrasi/ Yasmin Jamann/ Pexels.
Perlunya Perencanaan Adaptasi dan Mitigasi

Para peneliti NTU menekankan pentingnya proyeksi kenaikan air laut yang lebih akurat agar pemerintah dan perencana kota dapat mengambil langkah mitigasi yang tepat. Beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain:

  • Membangun infrastruktur tahan iklim, seperti tanggul laut, pompa air, dan kanal drainase yang lebih efektif.
  • Menghentikan eksploitasi air tanah yang menyebabkan penurunan tanah di banyak kota pesisir.
  • Mengadopsi kebijakan pengurangan emisi karbon untuk memperlambat laju pemanasan global dan pencairan es.

Benjamin Grandey, penulis utama studi ini, menegaskan bahwa skenario terburuk—kenaikan permukaan laut hingga 1,9 meter—memerlukan tindakan serius dari seluruh negara. “Dengan mempertimbangkan dampak ekstrem, penelitian ini menegaskan betapa pentingnya mitigasi dan adaptasi iklim yang lebih ambisius,” katanya mengutip CNA News.

Baca juga: Suhu Laut Pecah Rekor, Sinyal Darurat Perubahan Iklim

Direktur Earth Observatory of Singapore di NTU, Profesor Benjamin Horton, juga menekankan bahwa tanpa tindakan nyata, dampak kenaikan permukaan laut tidak hanya akan merusak infrastruktur dan lingkungan, tetapi juga mengancam keberlanjutan ekonomi dan kehidupan masyarakat pesisir di seluruh dunia.

Waktunya Bertindak

Kenaikan permukaan laut bukan lagi persoalan masa depan—ia adalah ancaman nyata yang sudah terjadi saat ini. Studi terbaru ini menjadi peringatan serius bagi pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat global untuk mengambil langkah nyata dalam mengurangi emisi karbon serta beradaptasi dengan perubahan iklim yang semakin cepat.

Baca juga: Krisis Iklim, Bagaimana Dunia Berubah dalam 2 Derajat?

Tanpa upaya kolektif, kota-kota pesisir akan menghadapi konsekuensi yang lebih besar: banjir berkepanjangan, hilangnya wilayah daratan, dan meningkatnya pengungsi iklim. Waktunya bertindak sekarang, sebelum terlambat! ****

Artikel ini hasil kolaborasi antara Mulamula.id dan SustainReview.id, untuk menghadirkan wawasan mendalam seputar isu keberlanjutan dan transformasi hijau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *