Plana Ubah Limbah Plastik dan Sekam Padi Jadi Kayu Berkualitas

Plana yang dipasang di TsingHua University, Kura Kura Bali, ini adalah hasil olahan dari sampah plastik dan sekam padi. Produk Planawood ini membuktikan bahwa limbah bisa jadi material canggih dan solusi berkelanjutan. Foto: Instagram/ @planawood.

LIMA tahun lalu, Joshua C. Chandra, Co-founder dan Chief of Sustainability Plana, memulai perjalanan panjang untuk mengubah sampah plastik menjadi sesuatu yang bernilai. Kini, melalui startup-nya, Plana, ia berhasil menyulap limbah plastik dan gabah padi menjadi bahan bangunan berkualitas tinggi.

“Awalnya, ini murni karena keprihatinan terhadap sampah plastik yang semakin menggunung,” kata Joshua, kepada wartawan, di Tangerang, Rabu (5/2).

Berbekal latar belakang keluarga yang berkecimpung di industri plastik, Joshua paham betul karakteristik material ini. “Plastik seharusnya tidak menjadi sampah sekali pakai. Itu yang memicu kami untuk berinovasi,” tambahnya.

Baca juga: Swiss Ubah Rel Kereta Jadi Sumber Energi Terbarukan

Pada 2017, Joshua dan tim mulai mengeksplorasi formulasi tepat untuk mengolah sampah plastik. Setelah melalui serangkaian riset, terciptalah Plana Wood, produk kayu sintetis yang terdiri dari 60% gabah padi, 30% limbah plastik, dan 10% zat aditif. “Kami baru berhasil menemukan formulasi yang tepat di akhir 2020,” ujarnya.

Dari Pandemi ke Panggung Global

Plana resmi berdiri sebagai perseroan terbatas (PT) pada awal 2021, di tengah tantangan pandemi. Meski sempat kesulitan mendapatkan kepercayaan pelanggan, perusahaan ini berhasil membuktikan kualitas produknya. “Banyak yang mengira produk ramah lingkungan itu mahal dan kurang berkualitas. Tapi, setelah kami dapat penghargaan, kepercayaan pelanggan mulai tumbuh,” jelas Joshua.

Saksikan bagaimana limbah plastik dan sekam padi diubah menjadi bahan bangunan ramah lingkungan. Klik fotonya untuk lihat video lengkap prosesnya di akun resmi Instagram @planawood.

Pada 2023, Plana meraih penghargaan bergengsi DBS Foundation Business for Impact Award. Hibah yang didapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Tak hanya itu, Plana juga tampil di konferensi iklim global COP29 di Baku, Azerbaijan, pada 2024. Produk Plana Wood digunakan untuk membangun panggung utama Paviliun Indonesia seluas 400 meter persegi.

Baca juga: Repair Cafe di Inggris: Tren Baru Gaya Hidup Berkelanjutan

Capaian dan Target Masa Depan

Kini, Plana mampu memproduksi 3.000 m² Plana Wood per bulan, dengan rata-rata produksi 2.000 m². Pendapatan perusahaan pada 2024 mencapai Rp 6 miliar, dengan target Rp 8 miliar di 2025. “Kami sedang mengejar ekspansi ke Korea dan Singapura. Sudah ada klien potensial, tapi masih terkendala sertifikasi dan paten,” ungkap Joshua.

Baca juga: Eco-Masjid, dari Sampah Jadi Berkah di Masjid Al Muharram

Di dalam negeri, Plana berupaya masuk ke e-catalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Saat ini, mereka telah mengantongi sertifikasi ISO dan sedang menghitung Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Solusi Berkelanjutan untuk Masa Depan

Plana Wood tidak hanya menjadi solusi untuk mengurangi sampah plastik, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi limbah pertanian seperti gabah padi. “Ini adalah langkah kecil kami untuk menciptakan ekonomi sirkular,” kata Joshua.

Baca juga: China Luncurkan Kereta Serat Karbon Pertama di Dunia

Dengan inovasi ini, Plana membuktikan bahwa bisnis ramah lingkungan tidak hanya mungkin, tetapi juga menguntungkan. Mereka menjadi contoh nyata bagaimana teknologi dan kepedulian lingkungan dapat bersinergi menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan. ***

Artikel ini hasil kolaborasi antara Mulamula.id dan SustainReview.id, untuk menghadirkan wawasan mendalam seputar isu keberlanjutan dan transformasi hijau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *