![](https://mulamula.id/wp-content/uploads/2024/08/pexels-becerragoveaphoto-5774004-1-1024x683.jpg)
BULGOGI, kata yang satu ini mungkin sudah tidak asing lagi bagi pecinta kuliner Asia. Daging sapi yang diiris tipis, dimarinasi dalam bumbu kaya rasa, lalu dipanggang hingga menghasilkan aroma yang menggoda—itulah bulgogi.
Bullgogi adalah salah satu ikon kuliner Korea yang telah melintasi batas-batas budaya dan geografis, menjadi favorit di seluruh dunia.
Namun, di balik kelezatan daging yang juicy dan bumbu yang sempurna ini, tersembunyi sejarah panjang yang menggambarkan keunikan dan transformasi budaya Korea.
Dari Zaman Kerajaan hingga Hidangan Global
Kata “bulgogi” berasal dari dua kata dalam bahasa Korea: “bul” yang berarti api dan “gogi” yang berarti daging.
Secara harfiah, bulgogi dapat berarti sebagai “daging yang dipanggang dengan api”. Asal-usul bulgogi dapat ditelusuri hingga era Goguryeo, salah satu dari Tiga Kerajaan Korea, sekitar 2.000 tahun yang lalu.
Pada masa itu, hidangan ini dikenal sebagai “maekjeok” dan dagingnya dipanggang di atas api terbuka, tidak jauh berbeda dari versi modernnya.
Namun, bulgogi seperti yang kita kenal sekarang mengalami evolusi yang signifikan pada masa Dinasti Joseon.
Baca juga: Kimchi Jjigae, Sup Pedas Klasik Korea
Ketika teknik pengolahan makanan semakin berkembang, penggunaan kecap asin sebagai bahan marinasi mulai meluas, menciptakan cita rasa manis dan gurih yang menjadi ciri khas bulgogi saat ini.
Tradisi kuliner ini dipertahankan dan diteruskan dari generasi ke generasi, hingga akhirnya menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kuliner Korea.
Keistimewaan Bulgogi: Cita Rasa yang Menggoda
Bulgogi dikenal karena rasa yang kaya dan seimbang, hasil dari perpaduan sempurna antara manis, asin, dan sedikit pedas.
Proses marinasi memainkan peran penting dalam menciptakan cita rasa khas ini. Daging sapi yang diiris tipis dimarinasi dalam campuran kecap asin, gula, bawang putih, minyak wijen, dan kadang-kadang pir Korea yang berfungsi sebagai pelunak alami.
Marinasi ini meresap ke dalam serat-serat daging, menghasilkan tekstur yang lembut dan rasa yang mendalam.
Ketika dipanggang atau digoreng, daging bulgogi menghasilkan aroma yang luar biasa menggoda. Kombinasi antara kecap asin yang karamelisasi dan minyak wijen yang harum membuat setiap suapan bulgogi kaya akan rasa dan sangat memuaskan.
Bulgogi biasanya disajikan dengan nasi putih, selada segar, dan berbagai banchan (hidangan pendamping), menjadikannya hidangan yang lengkap dan mengenyangkan.
Bulgogi di Kancah Global
Keberhasilan Korea dalam mempromosikan kulinernya, terutama melalui fenomena “K-Wave” atau “Hallyu,” telah membawa bulgogi ke meja makan di seluruh dunia.
Restoran Korea di berbagai negara hampir selalu memasukkan bulgogi dalam menu mereka, dan hidangan ini menjadi salah satu yang paling populer di kalangan pelanggan non-Korea.
Baca juga: Sashimi, Kelezatan Ikan Mentah ala Jepang
Di Amerika Serikat, bulgogi bahkan sering ditemukan di food truck dan fusion restaurant, menunjukkan betapa fleksibelnya hidangan ini untuk diadaptasi ke dalam berbagai konteks kuliner.
Tidak hanya itu, bulgogi juga semakin banyak diolah di rumah oleh mereka yang ingin mencoba masakan Korea di dapur mereka sendiri.
Resep bulgogi yang mudah diikuti dan bahan-bahan yang semakin mudah didapatkan membuat hidangan ini semakin accessible.
Bulgogi sebagai Simbol Kuliner Korea
Bulgogi lebih dari sekadar hidangan lezat; ia adalah simbol dari kekayaan dan kompleksitas kuliner Korea. Dari asal-usulnya di zaman kerajaan hingga popularitasnya yang mendunia, bulgogi mencerminkan bagaimana tradisi dan inovasi dapat bersatu untuk menciptakan sesuatu yang abadi.
Bagi siapa pun yang ingin mengenal lebih dekat dengan budaya Korea, mencicipi bulgogi adalah langkah pertama yang sempurna. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.