Demam Emas, Investasi Bijak atau Tren Sesaat?

Emas semakin dicari, harga terus meroket. Apakah ini investasi cerdas, atau sekadar efek FOMO? Foto: Ilustrasi/ Michael Steinberg/ Pexels.
Pengantar Redaksi

Laporan Tematik Akhir Pekan mulamula.id
Pekan ini, tim redaksi mengangkat topik seputar emas — logam mulia yang kembali jadi sorotan publik. Dari antrean panjang pembeli hingga strategi investasi jangka panjang, emas menjadi simbol ketidakpastian sekaligus harapan. Dalam empat bagian, kami hadirkan laporan tematik: pagi, siang, petang, dan malam. Selamat menikmati sajian pertama pagi ini.
***

________________________________

HARGA emas melonjak. Antrean di gerai penjualan mengular. Di media sosial, banyak yang mengaku FOMO — takut ketinggalan momen emas.

Per 15 April, harga emas Antam menyentuh Rp1,9 juta per gram. Ini bukan angka kecil. Banyak yang langsung membeli, tanpa strategi, tanpa rencana.

Tapi, apakah ini waktu tepat untuk investasi? Atau hanya ikut-ikutan tren?

Lonjakan Harga, Lonjakan Minat

Fenomena ini bukan baru. Setiap kali harga emas naik tajam, publik tergoda. Bagi sebagian orang, emas dianggap simbol stabilitas. Tapi bagi lainnya, ini sekadar spekulasi — beli saat ramai, jual saat panik.

Menurut data World Gold Council, permintaan emas cenderung meningkat saat situasi ekonomi tidak pasti. Ketika pasar saham gonjang-ganjing, emas jadi pelarian.

Mengapa Emas Dianggap Aman?

Emas dikenal sebagai safe haven. Artinya, logam ini jadi tempat berlindung investor saat dunia tidak menentu. Nilainya stabil. Ia tak bergantung pada keputusan bank sentral, suku bunga, atau emiten.

Baca juga: Bank Emas Pertama Hadir di Indonesia, Apa Manfaatnya?

Sejak ribuan tahun lalu, emas mempertahankan nilainya. Bahkan saat mata uang tergerus inflasi, emas tetap berdiri tegak.

FOMO atau Foresight?

Investor pemula sering terjebak dalam semangat sesaat. Harga naik → beli → berharap untung cepat. Padahal investasi emas idealnya jangka panjang.

“Emas bukan alat cepat kaya,” ujar seorang analis pasar komoditas. “Ia lebih mirip payung saat badai datang. Bukan kapal cepat.”

Baca juga: Resesi Global Mengintai, Indonesia Andalkan Emas sebagai Benteng

Jadi, kalau ingin membeli emas, pastikan punya visi. Jangan terburu-buru hanya karena viral di TikTok atau ramai di Twitter.

Apa Kata Data?

Sejarah mencatat, harga emas cenderung naik dalam jangka panjang. Tapi, bukan tanpa fluktuasi. Tahun 2013 misalnya, harga emas global anjlok 28%. Namun, dalam 10 tahun terakhir, grafiknya tetap menanjak.

Data ini penting. Bisa membantu calon investor melihat gambaran besar, bukan hanya lonjakan sesaat. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *