Di JANTUNG Yogyakarta, Masjid Al Muharram telah menjadi pelopor keberlanjutan dengan mengadopsi konsep eco-masjid. Inisiatif ini, yang dimulai pada 2013, dipimpin oleh Ananto, Takmir (pengelola) masjid, yang memiliki komitmen kuat untuk menciptakan ruang hijau yang tidak hanya memenuhi kebutuhan spiritual komunitas. Tetapi, juga memberikan kontribusi positif bagi lingkungan.
Arsitektur Ramah Lingkungan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan
Upaya keberlanjutan masjid ini didasarkan pada tujuh inisiatif utama. Ananto menjelaskan, “Kami memprioritaskan arsitektur ramah lingkungan sejak awal, memastikan masjid kami memaksimalkan akses cahaya alami.”
Masjid Al Muharram sepenuhnya mengandalkan energi matahari untuk penerangan di siang hari. Keputusan ini mengurangi konsumsi energi dan mempromosikan penggunaan sumber daya terbarukan, sebagai langkah nyata dalam mendukung energi bersih.
Mengelola Sampah dengan Gerakan Sosial
Selain inovasi arsitektur, masjid ini juga berperan aktif dalam pengelolaan sampah dan polusi lingkungan. Sejak 2021, Masjid Al Muharram bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dalam program pengelolaan sampah laut.
Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi dampak sampah terhadap lingkungan sekaligus memberikan manfaat sosial bagi masyarakat. “Tujuan kami adalah untuk menunjukkan bahwa sampah, terutama sampah laut, dapat diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat,” jelas Ananto.
Sedekah Sampah, Model Inovatif untuk Kebaikan Sosial
Pada 2024, masjid menggelar acara “Sedekah Sampah” besar-besaran untuk mendukung Palestina, mengumpulkan lebih dari Rp 9 juta hanya dalam satu hari dari satu kampung. Program ini tidak hanya mendukung lingkungan tetapi juga memberikan dampak sosial yang signifikan, memperlihatkan bahwa pengelolaan sampah dapat berkontribusi pada masalah sosial.
Baca juga: Get The Fest, Konser Musik Berenergi Sampah Plastik di Jogja
Model dari sedekah sampah ini juga mendukung program-program sosial lainnya. Misalnya, dengan dana yang terkumpul, Masjid Al Muharram membantu distribusi air bersih ke daerah kekeringan di Gunung Kidul, mengirimkan 50 tangki air untuk tiga kecamatan yang sangat membutuhkan.
“Kami percaya bahwa setiap sumbangan kecil bisa memberikan dampak besar bagi kehidupan masyarakat,” tambah Ananto.
Menanam Pohon dan Menangani Kelangkaan Air
Dalam upaya menciptakan lingkungan yang lebih sehat, masjid ini juga terlibat dalam penanaman pohon untuk mencukupi kebutuhan oksigen bagi jamaah. “Untuk setiap 100 jemaah, kami menghitung jumlah pohon yang diperlukan untuk menyediakan oksigen yang cukup. Ini adalah bagian dari komitmen kami,” ujar Ananto.
Selain itu, program penampungan air hujan juga telah dilaksanakan untuk mengatasi masalah kelangkaan air di sekitar masjid.
Komitmen Masjid Al Muharram tidak hanya pada keberlanjutan lingkungan, tetapi juga inklusivitas. Masjid ini menerapkan konsep ramah anak dan difabel meskipun belum mendapatkan sertifikasi resmi. Program ini membuka akses bagi semua kalangan untuk merasakan kenyamanan dalam beribadah.
Mengurangi Ketergantungan pada Energi Fosil
Masjid Al Muharram juga mendukung penggunaan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Dengan mengadopsi teknologi yang ramah lingkungan dan mendukung program seperti Sedekah Karbon, masjid ini menginspirasi perubahan positif dalam masyarakat.
Baca juga: Repair Cafe di Inggris: Tren Baru Gaya Hidup Berkelanjutan
Masjid Al Muharram adalah contoh nyata bagaimana lembaga keagamaan dapat menjadi pelopor dalam upaya keberlanjutan. Dengan menggabungkan iman dan aksi nyata, masjid ini memimpin gerakan keberlanjutan berbasis komunitas yang tidak hanya berfokus pada perlindungan lingkungan, tetapi juga memperkuat solidaritas sosial.
Masjid ini menginspirasi bagaimana setiap elemen masyarakat bisa berkontribusi untuk masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. ***
Artikel ini hasil kolaborasi antara Mulamula.id dan SustainReview.id, untuk menghadirkan wawasan mendalam seputar isu keberlanjutan dan transformasi hijau.