IHSG Jatuh 6 Persen, Mengulang Sejarah atau Peluang Baru?

Sejarah berulang? IHSG kembali jatuh seperti krisis 1998 dan pandemi 2020. Foto: Ilustrasi/ Tima Miroshnichenko/ Pexels.

INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami tekanan hebat, jatuh lebih dari 6 persen pada perdagangan 18 Maret 2025. Kejatuhan ini memicu penghentian sementara perdagangan (trading halt), sebuah langkah darurat yang sebelumnya hanya diterapkan dalam krisis besar, seperti krisis keuangan Asia 1998 dan pandemi Covid-19 pada 2020.

Kejatuhan IHSG dalam Perspektif Sejarah

Sejarah mencatat, IHSG pernah mengalami guncangan besar yang mengguncang pasar modal Indonesia. Pada 1998, IHSG merosot hampir 12 persen dalam sehari akibat krisis moneter, anjlok ke level 347. Saat itu, rupiah melemah tajam, sektor perbankan kolaps, dan banyak perusahaan besar bangkrut.

Sementara itu, pada Maret 2020, pandemi Covid-19 mengguncang pasar, menyebabkan IHSG terjun 6,58 persen dan memicu serangkaian trading halt dalam beberapa pekan. Pada 24 Maret 2020, IHSG bahkan menyentuh titik terendah 3.937, turun 37 persen sejak awal tahun.

Kini, IHSG kembali dalam pusaran ketidakpastian. Namun, apakah ini sekadar pengulangan sejarah, atau justru peluang baru bagi investor yang jeli?

Baca juga: IHSG Anjlok 5,02%, BEI Terapkan Trading Halt untuk Redam Volatilitas

Faktor Pemicu Anjloknya IHSG

Ada beberapa faktor utama yang mendorong kejatuhan IHSG kali ini:

  1. Defisit Fiskal yang Meningkat – Defisit APBN melonjak menjadi Rp31,2 triliun per Februari 2025, berbanding terbalik dengan surplus Rp26,04 triliun tahun lalu. Penerimaan pajak pun turun drastis.
  2. Aksi Jual Investor Asing – Hingga 17 Maret 2025, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp26,9 triliun, menunjukkan arus modal keluar yang besar.
  3. Profit Taking di Saham Teknologi – Saham teknologi yang sebelumnya naik tinggi mengalami aksi ambil untung besar-besaran, menambah tekanan di pasar.
  4. Panic Selling Investor Ritel – Kepanikan investor ritel memperburuk situasi, menyebabkan efek domino yang menekan indeks lebih dalam.
Pelajaran dan Peluang ke Depan

Meski situasi ini tampak mengkhawatirkan, ada peluang yang dapat dimanfaatkan:

  • Saham-saham undervalued – Penurunan tajam membuka peluang bagi investor jangka panjang untuk mengakumulasi saham berkualitas dengan harga lebih murah.
  • Sektor yang Tangguh – Sektor infrastruktur dan barang konsumsi cenderung lebih tahan banting dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil.
  • Reformasi Ekonomi – Tekanan ini bisa menjadi momentum bagi pemerintah untuk memperbaiki kebijakan fiskal dan menarik kembali investor asing.

IHSG tengah diuji. Apakah ini awal dari krisis baru atau justru peluang emas bagi investor yang berani mengambil risiko? Sejarah menunjukkan, setiap kejatuhan pasar selalu diikuti oleh pemulihan. Kuncinya adalah strategi dan kesabaran. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *