PENGEMBANGAN energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia menjadi faktor yang kian penting dalam menarik investasi perusahaan multinasional. Perusahaan besar global kini semakin selektif dalam menentukan lokasi produksi, dengan ketersediaan energi bersih menjadi syarat utama yang tak terelakkan.
Lembaga think tank energi, Purnomo Yusgiantoro Center (PYC), menyoroti urgensi pemanfaatan EBT di Indonesia, khususnya sebagai penunjang keberlanjutan bagi perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam ekspor ke pasar internasional.
Peneliti PYC, Massita Ayu, menjelaskan bahwa tanpa akses ke energi terbarukan yang stabil dan terjangkau, Indonesia berisiko kehilangan potensi investasi dari perusahaan global yang mengharuskan penggunaan energi bersih.
“Perusahaan multinasional yang bergabung dalam inisiatif RE100, misalnya, mewajibkan seluruh unit produksinya untuk menggunakan energi terbarukan 100 persen,” ujar Ayu dalam konferensi pers di Jakarta.
Baca juga: Teknologi Dunia Menuntut Listrik Hijau dari Indonesia
Menurutnya, perusahaan-perusahaan ini kini melihat energi bersih sebagai syarat “hidup atau mati” dalam menjaga kelangsungan ekspor mereka, terutama ke pasar-pasar ketat di Eropa yang memprioritaskan produk dari industri hijau.
Tantangan Infrastruktur dan Risiko Ekonomi
Namun, Ayu juga mencatat bahwa masih ada hambatan besar dalam upaya mengembangkan EBT di Indonesia. Banyak perusahaan besar mengalami kesulitan karena kurangnya pasokan listrik dari sumber energi terbarukan.
Kondisi ini tidak hanya menghambat rencana ekspansi bisnis tetapi juga membuka kemungkinan bagi perusahaan untuk mencari lokasi produksi alternatif di negara-negara yang lebih siap dalam menyediakan energi hijau.
Baca juga: Jalan Panjang Indonesia Menuju Energi Hijau
Beberapa industri bahkan sudah mengisyaratkan ancaman untuk menarik investasinya dari Indonesia jika kebutuhan akan energi bersih tidak terpenuhi.
“Ini bukan lagi sekadar kebutuhan pelengkap; industri menghadapi risiko nyata jika mereka gagal memenuhi standar energi bersih, yang bisa menghambat akses mereka ke pasar ekspor utama,” kata Ayu.
Potensi dan Peluang Pengembangan EBT
Terlepas dari tantangan tersebut, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan EBT. Dari sumber energi surya hingga panas bumi, peluang untuk memperluas kapasitas energi bersih sebenarnya melimpah.
Jika dikelola dengan baik, potensi ini dapat menjadikan Indonesia sebagai tujuan investasi yang berdaya saing tinggi dalam skala global.
Baca juga: Indonesia, Raksasa Panas Bumi Dunia yang Belum Terbangun
PYC menyarankan bahwa percepatan regulasi yang mendukung pengembangan energi terbarukan, beserta komitmen dari sektor industri untuk beralih ke energi hijau, dapat menjadi langkah strategis bagi Indonesia.
Dengan menyediakan akses energi bersih yang stabil, Indonesia dapat memperkuat daya tariknya bagi perusahaan-perusahaan global, sekaligus berkontribusi pada target iklim nasional.
Masa Depan Energi Indonesia dalam Persaingan Global
Ketersediaan energi bersih bukan hanya soal tanggung jawab lingkungan, melainkan juga menjadi faktor daya saing di mata para investor internasional.
Baca juga: Dilema Harga, Hambatan Transisi Energi Hijau di Negara Berkembang
Indonesia yang mampu mengakomodasi kebutuhan energi bersih perusahaan global akan berpeluang besar menjadi pusat manufaktur berkelanjutan. Sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang, dan membantu mewujudkan komitmen iklim internasional. ***
Artikel ini merupakan hasil kolaborasi antara Mulamula.id dan SustainReview.id, menghadirkan wawasan mendalam seputar isu keberlanjutan dan transformasi hijau.