Keberlanjutan dalam Pendakian Everest, Antara Kecepatan dan Etika

Siluet pendaki dan hewan bantu di lereng Himalaya, latar megah Gunung Everest yang menjadi simbol ambisi sekaligus panggilan etika keberlanjutan dalam dunia pendakian modern. Foto: Instagram/ @black.sail_

INOVASI teknologi dalam dunia pendakian, seperti penggunaan gas Xenon untuk mempercepat aklimatisasi, tidak hanya mengubah cara kita melihat Everest, tetapi juga memunculkan perdebatan tentang keberlanjutan dan etika dalam pendakian gunung. Kecepatan yang didorong oleh teknologi ini memberikan keuntungan besar, tetapi juga menimbulkan tantangan baru.

Pendakian Lebih Cepat, Jejak Ekologis Lebih Kecil

Salah satu keuntungan besar dari pendekatan teknologi ini adalah pengurangan waktu yang dihabiskan di gunung. Sebelumnya, pendakian Everest bisa berlangsung lebih dari dua minggu, dengan proses aklimatisasi yang panjang.

Dengan teknologi Xenon, waktu yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan ketinggian berkurang drastis, yang berarti lebih sedikit konsumsi sumber daya.

Sebagai contoh, tim pendaki Inggris yang baru saja mencatatkan rekor dunia dalam pendakian cepat, mengurangi kebutuhan akan makanan, bahan bakar, dan logistik. “Pendakian yang lebih cepat mengurangi jejak karbon dan limbah manusia, hal-hal yang sangat penting di lingkungan seperti Everest,” ujar CEO Furtenbach Adventures, Dr. Markus Furtenbach, dikutip Independent.

Dilema Etika, Efisiensi vs Proses Tradisional

Namun, efisiensi ini datang dengan pertanyaan besar tentang etika dalam pendakian gunung. Banyak pendaki veteran yang berpendapat bahwa pendakian sejati bukan hanya soal mencapai puncak dengan cepat, tetapi juga tentang proses dan ketahanan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.

Seorang pendaki berpose di Everest Base Camp (5.364 mdpl), titik awal aklimatisasi tradisional. Inovasi teknologi kini mulai mengubah rute dan ritme pendakian menuju puncak tertinggi dunia. Foto: Pulkit Pithva/ Pexels.

Adrian Ballinger, seorang pendaki berpengalaman, mengungkapkan, “Pendakian adalah tentang perjalanan, bukan hanya tujuan. Teknologi ini bisa mempercepat proses, tetapi saya percaya esensi pendakian ada dalam perjuangannya.”

Pandangan ini mencerminkan dilema besar di komunitas pendaki—antara mengadopsi inovasi untuk efisiensi dan mempertahankan nilai-nilai tradisional yang menjadikan pendakian sebagai pengalaman yang lebih bermakna.

Komersialisasi dan Keberlanjutan, Tanggung Jawab Masa Depan

Keberlanjutan dalam pendakian Everest tidak hanya menyangkut isu lingkungan, tetapi juga bagaimana teknologi ini dapat mempengaruhi komersialisasi ekspedisi. Pendakian cepat, meskipun mengurangi dampak lingkungan, juga membuka potensi untuk meningkatkan jumlah ekspedisi komersial, yang bisa mempengaruhi kualitas pengalaman pendakian dan konservasi gunung Everest itu sendiri.

Sebagian kalangan khawatir bahwa adopsi teknologi ini akan semakin mempermudah pendakian bagi mereka yang ingin melakukannya secara komersial, tanpa benar-benar menghargai tantangan fisik dan mental yang selama ini menjadi bagian dari pendakian gunung.

Dengan semakin banyaknya perusahaan yang menawarkan ekspedisi cepat, seperti yang dilakukan oleh Furtenbach Adventures, ada risiko bahwa komersialisasi ini akan mengurangi nilai keaslian dan tantangan alam dalam pendakian gunung. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *