
KITA sedang menuju masa depan di mana rumah, kota, bahkan masa depan ekonomi tak lagi bisa diasuransikan. Bukan karena kelalaian sektor asuransi, tetapi karena krisis iklim yang semakin tidak terkendali.
Pemanasan global kini menjadi faktor utama yang menggerus fondasi sistem keuangan global. Emisi karbon terus meningkat. Kebijakan iklim yang ada saat ini masih jauh dari kata cukup. Proyeksi menunjukkan, suhu Bumi bisa naik antara 2,2 hingga 3,4 derajat Celsius dibandingkan era praindustri. Dan dunia asuransi pun mulai angkat tangan.
Petinggi Allianz SE, Gunther Thallinger, mengingatkan: kenaikan suhu lebih dari 3 derajat akan menciptakan kerusakan luar biasa. Rumah dan bangunan akan kehilangan nilai, kota menjadi tidak layak huni, dan instrumen keuangan kehilangan daya tahan. “Kita dengan cepat mendekati titik di mana risiko akibat krisis iklim tak bisa lagi ditanggung asuransi,” ujarnya mengutip The Guardian.
Cuaca Ekstrem dan Ketidaklayakan Finansial
Thallinger menyebut cuaca ekstrem sebagai mimpi buruk baru dunia asuransi. Biaya kerusakan terus melonjak, membuat premi asuransi tak lagi masuk akal. Banyak orang—dan perusahaan—tidak mampu membayar perlindungan yang dibutuhkan.
Baca juga: Dampak Kebakaran Hutan: Krisis Asuransi dan Kerugian Ekonomi Besar di California
Data memperkuat peringatan ini. Aviva mencatat total kerugian akibat cuaca ekstrem selama satu dekade hingga 2023 mencapai 2 triliun dollar AS. GallagherRE memperkirakan kerugian di 2024 saja mencapai 400 miliar dollar AS. Dan itu hanya dari satu tahun.
Asuransi yang Ambruk, Ekonomi yang Goyah
“Seluruh wilayah kini tidak lagi dapat diasuransikan,” tegas Thallinger. Ini bukan sekadar masalah premi tinggi. Ini menyentuh struktur dasar ekonomi global—dari hipotek rumah, pembangunan infrastruktur, hingga investasi jangka panjang.
Baca juga: PBB: Krisis Iklim Semakin Parah, Dunia Harus Bertindak Sekarang
Ketika risiko iklim tak lagi dapat diasuransikan, maka stabilitas keuangan pun terancam. Pasar kehilangan prediktabilitas. Kepercayaan investor goyah. Sektor properti, transportasi, hingga pertanian ikut terpukul.
Teknologi Sudah Ada, tapi Lambat
Kabar baiknya, teknologi untuk transisi energi bersih sudah tersedia. Kita bisa beralih dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Namun, kecepatan dan skala implementasinya masih belum memadai. “Kita harus mempercepat transformasi energi demi menyelamatkan pasar dan peradaban itu sendiri,” kata Thallinger.

Menurut Nick Robins dari London School of Economics, laporan-laporan dari industri asuransi bukan hanya memberi peringatan ekonomi, tapi juga menyentuh esensi keberlanjutan hidup manusia. Negara-negara di belahan bumi selatan harus mendapat perhatian khusus karena mereka lebih rentan namun memiliki kontribusi emisi yang jauh lebih kecil.
Baca juga: FireSat, Satelit AI yang Bisa Deteksi Kebakaran Hutan dalam Hitungan Menit
Ilusi Adaptasi dan Ketidaksiapan Global
Thallinger menolak gagasan bahwa manusia bisa beradaptasi sepenuhnya terhadap iklim ekstrem. “Tidak ada adaptasi terhadap suhu di luar batas toleransi manusia,” tegasnya. Banyak kota besar dibangun di wilayah rawan banjir dan panas ekstrem. Infrastruktur yang ada tak siap untuk realitas iklim baru.
Jika dunia gagal menahan laju pemanasan, maka konsekuensinya jauh melampaui krisis lingkungan. “Akan tiba saatnya ketika kita tak lagi bisa memberikan pinjaman, membangun properti baru, atau merancang investasi jangka panjang,” katanya.
Pangkas Emisi, Buka Masa Depan Baru
Thallinger menutup peringatannya dengan seruan tegas: kurangi emisi sekarang atau hadapi dunia yang tidak bisa diasuransikan. “Biaya untuk tidak bertindak jauh lebih tinggi dibanding investasi dalam transformasi,” ujarnya.
Baca juga: Perubahan Iklim Lenyapkan Es Abadi Papua, Indonesia Terancam
Ia yakin, jika dunia berhasil menjalani transisi hijau, maka akan tercipta ekonomi yang lebih tangguh, efisien, dan kompetitif. Dan yang lebih penting, kualitas hidup yang lebih tinggi bagi generasi mendatang. ***
Artikel ini hasil kolaborasi antara Mulamula.id dan SustainReview.id, untuk menghadirkan wawasan mendalam seputar isu keberlanjutan dan transformasi hijau.