Kyoto, Pesona Tradisi di Tengah Modernitas Jepang

Jembatan Togetsukyo merupakan ikon Arashiyama, menawarkan pemandangan menakjubkan dengan latar pegunungan yang memukau. Tempat ini menjadi spot populer untuk menikmati keindahan alam, terutama saat musim gugur ketika dedaunan berwarna-warni menghiasi sekitarnya. Foto: Satoshi Hirayama/ Pexels.

KYOTO, kota tua di Jepang yang dikenal sebagai jantung budaya negeri sakura, memikat jutaan wisatawan setiap tahun. Dengan luas sekitar 827,8 kilometer persegi dan populasi sekitar 1,5 juta jiwa, Kyoto menghadirkan perpaduan menakjubkan antara tradisi kuno dan sentuhan modern. Kuil-kuil bersejarah, festival-festival kuno, serta alam yang memukau menjadikan kota ini sebagai salah satu tujuan favorit dunia.

Warisan Budaya yang Tak Ternilai

Kyoto adalah rumah bagi lebih dari 1.600 kuil Buddha dan 400 kuil Shinto. Salah satu yang paling terkenal adalah Kinkaku-ji, atau Paviliun Emas. Kuil ini memancarkan keindahan luar biasa dengan lapisan emasnya yang menyilaukan, dengan taman tradisional Jepang mengelilinginya.

Tempat lain yang wajib kunjungi adalah Fushimi Inari Taisha, kuil yang terkenal dengan ribuan gerbang torii merah yang menghiasi jalur menuju Gunung Inari.

Baca juga: Fakta di Balik Julukan Jepang sebagai ‘Negeri Matahari Terbit’

Mengutip dari Japan Guide, Kyoto merupakan kota yang memiliki atmosfer yang lebih tenang dibandingkan kota-kota besar seperti Tokyo, namun tetap hidup dengan ragam atraksi budaya.

Kinkaku-ji, atau Paviliun Emas, berdiri megah dengan lapisan emas yang memantulkan sinar matahari, dikelilingi taman tradisional Jepang yang damai. Salah satu situs warisan budaya paling ikonik di Kyoto, tempat ini menarik ribuan pengunjung setiap tahunnya. Foto: Aleksandra Zadiraka/ Pexels.
Kota yang Ramah Lingkungan dengan Polusi Rendah

Selain kekayaan budayanya, Kyoto juga terkenal sebagai kota yang menjaga lingkungannya dengan baik. Tingkat polusi udara di kota ini tergolong rendah dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di Jepang.

Mengutip World Air Quality Index, rata-rata tingkat polusi di Kyoto berada di bawah 25 AQI (Air Quality Index), menjadikannya kota yang sangat bersih dan sehat untuk ditinggali.

Hal ini mungkin tidak mengejutkan mengingat Kyoto memiliki zona hijau yang luas, mencakup sekitar 72% dari total wilayahnya.

Baca juga: Mengapa Perempuan Dilarang Masuk ke Pulau Okinoshima?

Taman-taman, pegunungan, dan ruang terbuka hijau tersebar di seluruh kota, menciptakan keseimbangan sempurna antara pembangunan dan alam.

Kemacetan yang Terkendali

Meskipun Kyoto merupakan kota berpenduduk cukup padat, tingkat kemacetannya relatif terkendali. Ini disebabkan oleh tata kelola transportasi yang baik, di mana transportasi umum seperti kereta dan bus sangat diandalkan.

Kyoto juga mendorong masyarakatnya untuk menggunakan sepeda dan berjalan kaki, terutama di kawasan wisata yang terkenal.

Data dari TomTom Traffic Index menunjukkan bahwa tingkat kemacetan Kyoto hanya mencapai sekitar 20%—jauh lebih rendah dibandingkan kota-kota metropolitan lainnya di Jepang, seperti Tokyo dan Osaka.

Keindahan Alam yang Menyegarkan

Selain kuil-kuil, Kyoto menawarkan pemandangan alam yang menawan. Arashiyama Bamboo Grove adalah salah satu spot paling populer, dengan jalan setapak yang dikelilingi hutan bambu raksasa yang menjulang tinggi.

Pada musim gugur, Kyoto diselimuti warna merah, kuning, dan oranye dari dedaunan yang berguguran. Dilansir dari Japan Times, waktu terbaik untuk menikmati keindahan musim gugur di Kyoto adalah antara November hingga awal Desember.

Arashiyama Bamboo Grove adalah jalur indah yang berkelilingkan bambu raksasa, menciptakan suasana tenang dan mistis. Tempat ini menarik banyak pengunjung yang ingin merasakan kedamaian alam Kyoto. Foto: Satoshi Hirayama/ Pexels.
Kota Festival yang Sarat Tradisi

Kyoto juga terkenal dengan berbagai festivalnya yang kaya akan tradisi. Salah satunya adalah Gion Matsuri, festival terbesar di Jepang yang berlangsung selama bulan Juli.

Festival ini penuh dengan arak-arakan kendaraan hias, musik tradisional, dan ribuan orang yang berpartisipasi mengenakan pakaian tradisional. Festival ini telah berlangsung lebih dari seribu tahun, menjadi simbol kuat budaya Kyoto yang masih hidup hingga saat ini.

Pengalaman Kuliner Khas

Tak lengkap mengunjungi Kyoto tanpa menikmati kuliner tradisionalnya. Kaiseki, hidangan multi-menu dengan gaya saji seni tinggi, adalah salah satu pengalaman kuliner yang tak boleh terlewatkan.

Kyoto juga terkenal dengan matcha (teh hijau bubuk) berkualitas tinggi, yang sering jadi sajian dalam bentuk teh atau digunakan dalam berbagai dessert khas.

Salah satu bagian dari tujuh hidangan tradisional Kaiseki. Foto: Change C.C/ Pexels.
Kombinasi Modernitas dan Tradisi

Meski kaya akan tradisi, Kyoto tidak lepas dari sentuhan modern. Kawasan Kyoto Station misalnya, menjadi simbol bagaimana kota ini memadukan teknologi modern dengan desain artistik. Stasiun ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat transportasi, tetapi juga destinasi belanja dan kuliner.

Dengan kekayaan budaya, keindahan alam, zona hijau yang luas, serta udara bersih, Kyoto tetap menjadi destinasi yang relevan di era modern. Setiap sudut kota ini memiliki cerita yang menanti untuk dijelajahi. Kyoto bukan hanya kota; ia adalah perjalanan melintasi waktu yang menawarkan kedamaian, inspirasi, dan keindahan tiada tara. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *