
Pemimpin Seabad (Bagian 1):
🟨 Pengantar Redaksi
Tak banyak pemimpin yang diberi umur lebih dari seratus tahun. Apalagi mereka yang menghabiskan hidupnya di lingkaran kekuasaan. Dalam lima hari ke depan, mulamula.id menyajikan serial tentang para pemimpin dunia yang hidup hingga usia seabad atau lebih. Bukan sekadar angka, umur mereka menyimpan kisah tentang kuasa, warisan, dan pertanyaan besar tentang makna panjang umur dalam politik. Seri ini dibuka dengan kisah Mahathir Mohamad, ikon politik Malaysia yang baru saja genap 100 tahun. ***
_______________________________________
“Menjadi 100 Tahun itu Cukup Menakutkan”
KEKUASAAN memang tak abadi, tapi Mahathir Mohamad seolah menantangnya. Pada 10 Juli 2025, mantan Perdana Menteri Malaysia itu merayakan ulang tahunnya yang ke-100. dengan siaran langsung ala podcast di Facebook.
“Menjadi 100 tahun itu cukup menakutkan,” ujar Mahathir dalam video berdurasi 14 menit. Ia duduk di balik meja, ditemani secangkir teh dan tumpukan ucapan ulang tahun. Tak lama setelah itu, ia dilarikan ke rumah sakit jantung di Kuala Lumpur karena kelelahan.
Meski kesehatannya mulai melemah, Mahathir tetap tampil sebagai sosok yang tak lepas dari isu-isu besar negeri. Dalam usia yang jauh melampaui rata-rata hidup manusia, ia masih berbicara, mengkritik, dan menasihati.

Politik yang Tak Pernah Pensiun
Mahathir adalah anomali dalam sejarah politik dunia. Ia menjadi Perdana Menteri Malaysia sebanyak dua kali, periode pertama 1981–2003, dan kembali menjabat di usia 92 tahun pada 2018.
Pada pemilu 2018, ia menggulingkan koalisi berkuasa dan mengukir sejarah sebagai pemimpin tertua di dunia yang dipilih secara demokratis. Meski hanya menjabat selama dua tahun pada periode kedua, Mahathir membuktikan bahwa usia bukan halangan bagi ambisi.
Namun, usianya yang panjang juga membuatnya menyaksikan banyak hal. Naik-turunnya ekonomi, perubahan generasi, bahkan kematian banyak rival politik.
Antara Anugerah dan Penebusan
“Banyak yang mengirim kue, bunga, dan ucapan. Tapi tak semua teman lama masih ada,” ujarnya lirih. Kalimat itu menjadi refleksi dari kesendirian yang kerap menyelimuti usia lanjut.

Mahathir dikenal sebagai tokoh yang tajam dan penuh paradoks. Ia dihormati sekaligus dikritik. Disebut bapak pembangunan, tapi juga pernah dikaitkan dengan otoritarianisme. Ia tak pernah benar-benar mundur dari panggung. Bahkan pada usia 97 tahun, ia masih ikut pemilu, meski akhirnya kalah.
Kini, di usia 100 tahun, Mahathir tetap menjadi suara keras di politik Malaysia. “Selama saya bisa berpikir, saya akan tetap berbicara,” katanya. Kalimat itu seperti sumpah yang masih ia pegang teguh.
Apakah umur panjang membuat pemimpin bisa memperbaiki jejak masa lalu, atau justru menambah beban warisan yang belum selesai?
Besok: Guillermo RodrĂguez Lara, jenderal Ekuador yang memimpin lewat kudeta dan hidup hingga usia 101 tahun.
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.
Dukung Jurnalisme Kami: https://saweria.co/PTMULAMULAMEDIA