Membongkar Pilihan Politik Gen Z: Mengapa Mereka Terpecah?

Foto: Ilustrasi/ Tara Winstead/ Pexels.

SEIRING dengan semakin dekatnya Pikada di seluruh Indonesia, polarisasi politik di kalangan Gen Z menjadi sorotan. Sebagai generasi yang lebih melek informasi dan terhubung melalui media sosial, mereka memiliki pandangan politik yang tajam. Namun, pertanyaannya adalah: apakah Gen Z lebih terpecah secara ideologis dibandingkan generasi sebelumnya?

Polarisasi Ideologis di Era Digital

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Pew Research Center (2023), hampir 60% Gen Z mengakui bahwa mereka merasa terpecah dalam pandangan politik.

Ketika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, seperti milenial, Gen Z tampak lebih ekstrem dalam pandangan mereka.

Mengutip analisis dari Global Digital Politics Report (2023), fenomena ini terkait erat dengan akses informasi yang cepat dan beragam melalui media sosial.

Banyak yang terjebak dalam “echo chamber,” di mana mereka hanya terpapar pada pandangan yang sejalan dengan ideologi mereka, memperkuat perbedaan pendapat.

Dampak Media Sosial

Media sosial memainkan peran besar dalam membentuk sikap politik Gen Z. Menurut penelitian oleh Digital Democracy Project (2023), platform seperti TikTok dan Twitter menjadi tempat utama bagi mereka untuk berdiskusi dan berbagi pandangan politik.

Baca juga: Melodi Politik: 25 Artis Resmi Jadi Wakil Rakyat

Ini menciptakan ruang bagi aktivisme yang lebih vokal, tetapi juga meningkatkan ketegangan antara kelompok yang berbeda pandangan.

Sementara beberapa menggunakan media sosial untuk menyebarkan kesadaran akan isu-isu sosial, yang lain cenderung berkonfrontasi, memperparah polarisasi.

Sebagai contoh, gerakan sosial yang muncul di platform seperti Instagram dan TikTok sering kali menimbulkan reaksi yang berlawanan.

Menurut analisis oleh Social Media Influence Research Group (2023), hampir 70% Gen Z setuju bahwa media sosial membuat diskusi politik lebih intens. Tetapi, 55% merasa bahwa ini juga meningkatkan ketegangan antarkelompok.

Mencari Titik Temu

Meskipun polarisasi terlihat jelas, Gen Z juga memiliki keinginan untuk mencari titik temu. Menurut survei oleh Youth Engagement Initiative (2023), 65% Gen Z menginginkan dialog yang lebih terbuka dan konstruktif mengenai isu-isu politik.

Baca juga: Lima Artis di DPRD Jakarta: Dari Panggung Hiburan ke Politik

Mereka menyadari pentingnya membangun jembatan antar pandangan untuk menciptakan perubahan positif. Namun, tantangannya adalah bagaimana mengatasi perpecahan yang semakin dalam di dunia maya.

Menuju Pemilihan yang Mencerahkan

Polarisasi politik di kalangan Gen Z adalah fenomena yang kompleks. Meskipun mereka lebih terhubung dan melek informasi, tantangan untuk mencapai kesepakatan dan dialog yang konstruktif tetap ada.

Dengan kontestasi politik yang semakin mendekat, penting bagi Gen Z untuk menemukan cara untuk berdiskusi dan berdebat tanpa harus terpecah. Bagaimana mereka akan menavigasi tantangan ini? Waktu yang akan menjawab. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *