
Pemimpin Seabad (Bagian 2)
🟨 Pengantar Redaksi
Seri “Pemimpin Seabad” berlanjut. Setelah menelusuri sosok Mahathir Mohamad yang baru saja genap 100 tahun, hari ini kita menuju Amerika Latin, tepatnya Ekuador. Di sana, seorang jenderal militer yang naik lewat kudeta pada 1970-an, hidup hingga usia 101 tahun. Kisah Guillermo RodrÃguez Lara tak hanya tentang umur panjang, tapi juga tentang kekuasaan yang datang lewat senjata dan bagaimana sejarah menilai seorang pemimpin yang memerintah tanpa mandat rakyat. ***
______________________________
Kudeta, Kekuasaan, dan Ketidakpastian
GUILLERMO Antonio Rodriguez Lara bukan sosok yang populer di panggung dunia, tapi namanya tetap tercatat dalam sejarah Ekuador. Ia lahir pada 4 November 1923 dan meninggal tepat 101 tahun kemudian, pada 4 November 2024. Umur panjangnya kontras dengan masa kekuasaannya yang singkat dan kontroversial.
Rodriguez Lara mengambil alih kekuasaan lewat kudeta militer pada tahun 1972, menggulingkan Presiden Jose Maria Velasco yang melarikan diri ke Buenos Aires. Dengan latar belakang militer, ia memimpin tanpa pemilu, tanpa parlemen, dan dengan kekuasaan penuh atas negara.
Negara Minyak dalam Genggaman Militer
Di bawah pemerintahannya (1972–1976), Ekuador mulai menikmati booming minyak yang mengubah wajah ekonomi negara. Rodriguez menggunakan pendapatan dari sektor itu untuk membangun infrastruktur dan memperkuat militer.
Baca juga: Mahathir 100 Tahun, Nafas Panjang Kekuasaan yang Belum Tamat
Namun, gaya kepemimpinannya otoriter. Ia tidak menoleransi oposisi dan menyingkirkan suara-suara yang menentangnya. Meski beberapa kalangan mengakui pembangunan fisik di masa pemerintahannya, warisan politiknya tetap terbelah.
Setelah lengser pada 1976 melalui pergantian internal di kalangan militer, ia nyaris menghilang dari sorotan. Tapi tidak dari sejarah.
Warisan yang Tak Pernah Tuntas
Rodriguez Lara hidup lebih lama dari banyak tokoh militer lain yang melakukan kudeta di Amerika Latin. Tapi umur panjangnya tidak banyak digunakan untuk menulis memoar, membela kebijakan, atau meminta maaf.

Ia memilih diam. Tak pernah benar-benar kembali ke arena politik, tak juga menjadi tokoh moral bangsa. Di sisi lain, diamnya itu membuat warisan kekuasaannya tetap menjadi bahan debat di kalangan sejarawan Ekuador.
Apakah umur panjang adalah kesempatan untuk menebus sejarah? Atau justru, dalam kasus RodrÃguez, hanya memperpanjang waktu untuk dilupakan?
Besok: Tomiichi Murayama, perdana menteri Jepang yang hidup hingga 101 tahun dan dikenal karena penyesalannya atas Perang Dunia II. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.
Dukung Jurnalisme Kami: https://saweria.co/PTMULAMULAMEDIA