![](https://mulamula.id/wp-content/uploads/2024/05/WhatsApp-Image-2024-05-29-at-19.51.35-1.jpeg)
INDONESIA dikenal dengan kekayaan kulinernya yang beragam, dan salah satu harta karun kuliner yang menarik untuk dijelajahi adalah pucung gabus. Hidangan khas Betawi ini tidak hanya menawarkan cita rasa yang unik, tetapi juga mengandung sejarah dan tradisi yang kaya. MulaMula akan mengupas tuntas tentang hidangan ini, mulai dari sejarahnya hingga resep tradisional yang bisa dicoba di rumah.
Sejarah Pucung Gabus
Pucung gabus adalah masakan yang berasal dari masyarakat Betawi, suku asli yang mendiami Jakarta dan sekitarnya. Nama “pucung” merujuk pada keluak atau kepayang, biji buah yang memberikan warna hitam dan rasa khas pada hidangan ini. Sedangkan “gabus” mengacu pada ikan gabus, ikan air tawar yang menjadi bahan utama dalam masakan ini.
Tradisi memasak dengan keluak sudah ada sejak zaman dahulu kala, dan diperkirakan berasal dari pengaruh budaya Tionghoa dan Nusantara yang menyatu di wilayah Betawi. Keluak sendiri dikenal memiliki rasa yang kaya dan sedikit pahit, memberikan karakteristik unik pada masakan ini.
Cita Rasa dan Cara Memasak
Ciri khas pucung gabus terletak pada kuahnya yang berwarna hitam pekat, hasil dari penggunaan keluak. Rasanya gurih, sedikit pedas, dan sangat aromatik. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam memasak pucung gabus:
- Persiapan ikan gabus: Ikan gabus dibersihkan dan dipotong-potong, kemudian digoreng hingga kecokelatan.
- Bumbu halus: Bumbu halus terdiri dari bawang merah, bawang putih, kemiri, cabai merah, dan keluak yang telah direndam dan dihaluskan.
- Proses memasak: Tumis bumbu halus hingga harum, kemudian tambahkan daun salam, daun jeruk, serai, dan lengkuas. Masukkan ikan gabus goreng, tambahkan air secukupnya, dan masak hingga bumbu meresap.
- Penyajian: Hidangkan pucung gabus dengan nasi putih hangat, lalapan, dan sambal terasi sebagai pelengkap.
Pucung Gabus dalam Kehidupan Modern
Meskipun merupakan hidangan tradisional, pucung gabus tetap relevan dalam kehidupan modern, terutama bagi generasi muda seperti Gen Z. Mencoba dan melestarikan kuliner tradisional seperti ini tidak hanya memperkaya pengalaman kuliner, tetapi juga memperkuat identitas budaya.
Banyak restoran di Jakarta dan sekitarnya yang masih menyajikan pucung gabus, dan beberapa di antaranya bahkan mengemasnya dengan gaya modern untuk menarik minat kaum muda.
Bagi Gen Z yang cenderung lebih terbuka terhadap pengalaman baru dan inovasi, pucung gabus menawarkan kesempatan untuk mengeksplorasi rasa otentik yang mungkin belum pernah dicoba sebelumnya.
Baca juga: Semua Daerah di Indonesia Punya Sate, Apa yang Membedakannya?
Media sosial dan platform digital juga bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan dan membagikan resep atau pengalaman mencicipi kuliner khas Betawi ini sehingga lebih banyak orang yang tertarik untuk mencobanya.
Pucung gabus adalah simbol dari kekayaan kuliner Betawi yang patut dilestarikan. Memahami sejarah dan tradisi di balik masakan ini memberikan penghargaan lebih dalam terhadap budaya lokal.
Bagi generasi muda, menjelajahi dan mencoba masakan tradisional seperti pucung gabus adalah langkah kecil. Namun, berarti dalam menjaga warisan kuliner Indonesia tetap hidup dan berkembang. Mari kita terus menggali dan merayakan keunikan kuliner Nusantara. ***