DI ERA digital ini, Metaverse muncul sebagai konsep baru yang memikat perhatian banyak orang, terutama Gen Z. Generasi ini tidak hanya tumbuh dengan teknologi, tetapi juga mulai mengadopsi dunia virtual sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Pertanyaannya adalah, bagaimana Gen Z membangun identitas dan relasi di dunia Metaverse?
Mengadopsi Identitas Digital
Berdasarkan laporan dari Pew Research Center (2023), sekitar 60% Gen Z mengaku telah membuat atau menggunakan avatar di platform online. Avatar ini tidak hanya berfungsi sebagai representasi digital, tetapi juga sebagai alat untuk mengekspresikan diri.
Dalam dunia Metaverse, mereka bisa memilih penampilan, pakaian, dan karakteristik lain yang mencerminkan kepribadian mereka.
Menurut studi yang dilakukan oleh The Digital Futures Lab (2023), sebanyak 70% responden Gen Z merasa lebih bebas untuk mengekspresikan diri mereka secara virtual dibandingkan di dunia nyata.
Perbedaan Identitas: Dunia Nyata vs. Dunia Maya
Salah satu hal yang menarik adalah perbedaan antara identitas di dunia nyata dan dunia maya. Gen Z sering kali menciptakan persona yang berbeda di Metaverse.
Mengutip analisis dari Journal of Virtual Worlds Research (2022), identitas digital ini sering kali lebih idealistis dan dapat dikendalikan, memberi mereka kebebasan untuk bereksplorasi tanpa batasan yang ada di dunia nyata.
Baca juga: Jaga Kesehatan Mental di Era Digital dengan Mindfulness
Namun, perbedaan ini juga menimbulkan tantangan. Banyak dari mereka mengalami kebingungan dalam menyeimbangkan antara siapa mereka di dunia nyata dan persona yang mereka ciptakan di dunia maya.
Dampak pada Kesehatan Mental dan Interaksi Sosial
Meskipun Metaverse memberikan platform untuk eksplorasi identitas, dampaknya terhadap kesehatan mental juga patut dicermati.
Berdasarkan penelitian dari American Psychological Association (2023), ada hubungan antara penggunaan dunia virtual yang berlebihan dan meningkatnya tingkat kecemasan serta depresi di kalangan Gen Z.
Baca juga: Kamu Kesepian? Dapatkan Teman Virtual Melalui Replika AI
Mereka mungkin merasa terasing dari dunia nyata ketika terlampau asyik dengan interaksi digital, yang mengurangi kesempatan untuk bersosialisasi secara langsung.
Sebaliknya, bagi banyak Gen Z, Metaverse juga menjadi tempat untuk menemukan komunitas yang mendukung. Mereka dapat bergabung dengan kelompok-kelompok yang memiliki minat yang sama, merasakan sense of belonging yang mungkin sulit mereka temukan di lingkungan fisik.
Baca juga: Self-Care ala Gen Z: Menjaga Kesehatan Mental di Era Digital
Menurut survei oleh Virtual Reality Society (2023), 65% Gen Z merasa lebih terhubung dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda di dunia virtual daripada di dunia nyata.
Memahami Kehidupan Digital yang Kompleks
Metaverse menawarkan kesempatan dan tantangan bagi Gen Z dalam membangun identitas dan relasi. Dengan semakin banyaknya interaksi yang terjadi di dunia virtual, penting bagi mereka untuk memahami perbedaan antara dunia nyata dan maya, serta dampaknya terhadap kesehatan mental.
Bagi Gen Z, kemampuan untuk menavigasi kehidupan digital ini akan menjadi kunci untuk meraih keseimbangan antara dua dunia yang semakin menyatu.
Seiring berkembangnya teknologi, bagaimana Gen Z akan melanjutkan perjalanan identitas digital mereka? Hanya waktu yang akan menjawab. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.