Sri Lanka, dari Ceylon ke Identitas Baru

Kolombo, ibu kota Sri Lanka, mencerminkan transformasi negara ini sejak meninggalkan nama kolonialnya, Ceylon, pada 1972. Foto: Namal Siriwardana/ Pexels.
Pengantar Redaksi

Beberapa negara mengganti namanya bukan sekadar formalitas, tetapi sebagai simbol perubahan besar. Sri Lanka adalah salah satunya. Dari Ceylon yang berakar kolonial, negara ini memilih nama baru untuk menegaskan jati diri. Mengapa perubahan ini penting? Simak kisahnya dalam edisi kedua seri Negara-Negara yang Berganti Nama.

Warisan Kolonial dalam Nama Ceylon

SELAMA lebih dari satu abad, dunia mengenal negara ini sebagai Ceylon. Nama ini berasal dari era kolonial, saat Inggris menguasai pulau ini pada 1802. Sebelumnya, bangsa Portugis dan Belanda juga menggunakan varian nama serupa.

Namun, ketika Sri Lanka meraih kemerdekaan pada 1948, nama Ceylon tetap digunakan. Baru pada 22 Mei 1972, saat negara ini bertransformasi menjadi republik penuh, nama Sri Lanka resmi menggantikan Ceylon.

Makna Sri Lanka

Nama Sri Lanka berasal dari bahasa Sinhala, dengan arti “Pulau yang Indah”. Perubahan ini bukan hanya soal mengganti nama, tetapi juga bagian dari usaha menghapus jejak kolonialisme.

Baca juga: Makedonia Utara, Nama Baru demi Masa Depan Baru

Sri Lanka memiliki dua kelompok etnis utama, yaitu Sinhala dan Tamil. Meskipun nama Sri Lanka lebih dekat dengan bahasa Sinhala, identitas nasional yang baru diharapkan bisa mencerminkan keberagaman budaya di negara ini.

Dampak Ekonomi dan Politik

Meski nama negara berubah, beberapa institusi tetap menggunakan nama lama, seperti Ceylon Tea yang masih menjadi salah satu merek ekspor unggulan.

Kolombo, pusat ekonomi dan budaya Sri Lanka, menjadi saksi perjalanan negara ini dalam menegaskan identitasnya setelah lepas dari warisan kolonial. Foto: Kushan Chamikara/ Pexels.

Di sisi politik, perubahan ini menandai transisi menuju sistem republik, dengan berakhirnya dominasi simbolis Inggris di negara tersebut. Namun, Sri Lanka tetap menghadapi tantangan besar, termasuk konflik etnis Sinhala-Tamil yang berujung pada perang saudara panjang (1983–2009).

Sri Lanka dalam Angka
  • Luas wilayah: 65.610 km² (setara dengan luas Sumatra Barat dan Riau digabungkan)
  • Jumlah penduduk: 22 juta jiwa (2021)
  • PDB nominal (2019): $84 miliar
  • PDB per kapita (2019): $3.778

Ekonomi negara dengan ibu kota Kolombo ini bergantung pada pertanian (teh, karet, rempah-rempah), pariwisata, serta industri tekstil. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, negara ini menghadapi krisis ekonomi besar akibat utang yang membengkak dan ketidakstabilan politik.

Baca juga: Malta, Permata Mediterania dengan Sejarah Ribuan Tahun

Sri Lanka mengganti namanya untuk meninggalkan jejak kolonialisme dan membangun identitas nasional yang lebih kuat. Namun, perjalanan negara ini penuh tantangan, dari konflik etnis hingga krisis ekonomi.

📢 Besok: Myanmar, Perubahan Nama yang Kontroversial

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *