JAKARTA, Mulamula.id – Isu gelombang panas menjadi perbincangan hangat belakangan ini, terutama setelah beberapa negara di Asia Tenggara mengalami kondisi cuaca yang ekstrem. Meski demikian, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa apa yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia bukanlah gelombang panas sebagaimana yang terjadi di negara-negara tetangga.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, Senin (6/5), mengklarifikasi bahwa apa yang sedang dialami adalah fenomena panas biasa yang terjadi akibat pemanasan permukaan dan peralihan musim. Meski tidak disebutkan secara langsung, BMKG memberikan penjelasan ini sebagai respons atas kekhawatiran dan kebingungan masyarakat akan kondisi cuaca yang terasa lebih panas dari biasanya.
Menurut Dwikorita, fenomena cuaca panas yang terjadi di Indonesia saat ini tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas. Hal ini ditegaskan berdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG.
Meskipun demikian, BMKG tetap mengingatkan bahwa perubahan iklim global dapat menyebabkan fluktuasi ekstrem dalam cuaca, termasuk peningkatan suhu udara yang signifikan. Oleh karena itu, meskipun kondisi saat ini tidak mencapai level gelombang panas, penting bagi masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Dwikorita juga menjelaskan bahwa kondisi maritim di sekitar Indonesia, yang ditandai dengan suhu laut yang hangat dan topografi pegunungan, dapat mempengaruhi naiknya gerakan udara. Fenomena ini kemungkinan menyebabkan penyanggaan atau penurunan suhu yang ekstrem dengan munculnya curah hujan yang cukup signifikan. Hal ini menjelaskan mengapa Indonesia tidak mengalami gelombang panas seperti negara-negara lain di Asia Tenggara. Meski begitu, perubahan iklim dan cuaca yang ekstrem dapat menyebabkan gangguan serius dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi sektor pertanian dan kesehatan masyarakat.
Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, memberikan data terkait suhu udara maksimum tertinggi di beberapa wilayah Indonesia selama sepekan terakhir. Menurutnya, suhu tertinggi tercatat di Palu sebesar 37,8°C pada tanggal 23 April lalu. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Indonesia tidak mengalami gelombang panas secara keseluruhan, suhu udara tetap meningkat di beberapa wilayah, yang dapat berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam konteks global, fenomena gelombang panas juga telah menjadi sorotan di sejumlah negara di Asia. Anomali iklim El Nino dan pemanasan global diyakini menjadi faktor utama penyebab peningkatan suhu udara yang signifikan.
Meskipun BMKG menegaskan bahwa Indonesia saat ini belum mengalami kondisi serupa, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang ekstrem. Dengan demikian, langkah-langkah adaptasi dan mitigasi perlu terus ditingkatkan untuk menghadapi tantangan perubahan iklim di masa depan.