INDONESIA Tourism Outlook 2025 mengungkap tren pariwisata yang akan didominasi oleh personalisasi, kustomisasi, dan lokalisasi. Kelompok wisatawan kini cenderung lebih kecil dan memilih destinasi yang mendukung keberlanjutan (sustainability) serta berkontribusi pada ekonomi lokal.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, yang menegaskan bahwa sustainability menjadi fokus utama wisatawan modern.
Namun, tantangan terbesar pariwisata adalah dampaknya terhadap lingkungan. Pariwisata berkontribusi hingga 8 persen terhadap emisi karbon global. Untuk mengatasi hal ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerjasama dengan Jejakin dalam menggunakan Carbon Footprint Calculator, sebuah alat untuk menghitung dan memonitor jejak karbon dari aktivitas pariwisata di Indonesia.
Meningkatnya Minat terhadap Destinasi Berkelanjutan
Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf, Agustini Rahayu, menambahkan bahwa wisatawan kini lebih tertarik pada destinasi alam dan interaksi langsung dengan masyarakat lokal. “Permintaan pariwisata berkualitas, terutama yang peduli lingkungan, terus meningkat,” ungkapnya.
Ia juga menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pelestarian lingkungan dalam sektor pariwisata.
Baca juga: Pariwisata Masa Kini: Menggabungkan Koneksi Komunitas dan Keberlanjutan
Untuk menghadapi tantangan ini, pemerintah memperkenalkan konsep Blue-Green-Circular Economy (BGCE), yang menekankan keseimbangan antara ekonomi, lingkungan, dan kesejahteraan sosial.
BGCE bertujuan untuk memastikan bahwa dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dari aktivitas pariwisata lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
Memahami Blue, Green, dan Circular Economy
BGCE mencakup tiga pilar utama:
- Blue Economy: Mengutamakan keseimbangan antara aktivitas ekonomi dan pelestarian lingkungan di wilayah maritim dan pesisir.
- Green Economy: Berfokus pada pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dalam semua sektor ekonomi.
- Circular Economy: Mendorong perputaran material dalam proses ekonomi untuk memaksimalkan fungsi ekosistem dan kesejahteraan masyarakat.
Namun, penerapan konsep ini masih menghadapi kendala, terutama karena pemahaman masyarakat dan industri tentang sustainability belum sepenuhnya terbentuk.
Agustini menyebutkan bahwa pariwisata memanfaatkan sumber daya yang sudah ada, sehingga pelestarian destinasi menjadi kunci agar dapat dinikmati generasi mendatang. “Destinasi adalah anugerah, pengelolaan yang tepat adalah kuncinya,” tambahnya.
Baca juga: Peluang Kerja Baru dari Keindahan Alam Indonesia
Tantangan lainnya adalah minimnya konsistensi dalam penerapan BGCE oleh pelaku industri pariwisata. Pengukuran dampak kegiatan ini juga menjadi kendala karena keterbatasan kompetensi sumber daya manusia dalam kuantifikasi dampak lingkungan.
Menuju Pariwisata yang Berkelanjutan
Meski berbagai tantangan masih menghadang, Indonesia optimistis bahwa tren pariwisata yang lebih personal, lokal, dan berkelanjutan akan terus berkembang.
Pemerintah berharap kesadaran akan pentingnya keberlanjutan semakin meningkat, sehingga industri pariwisata dapat berkontribusi secara nyata terhadap ekonomi lokal tanpa mengorbankan lingkungan. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.