
JAKARTA, mulamula.id – Banjir besar di Sumatra berubah menjadi bencana kemanusiaan. Berdasarkan data terbaru BNPB, hingga Selasa (2/12) sore, tercatat 744 warga meninggal, 551 hilang, dan 2.564 terluka. Total 3,3 juta penduduk terdampak dan 1,1 juta orang mengungsi.
Sebanyak 50 kabupaten/kota memasuki status kritis. Ribuan rumah hancur, sekolah rusak, akses jalan terputus, dan ratusan jembatan tidak lagi berfungsi. Skala ini menegaskan satu hal, kita tak siap menghadapi bencana sebesar ini.
Aceh, Episentrum Dampak dan Akses Terputus
Aceh menjadi provinsi paling parah terdampak versi BNPB. Sebanyak 218 warga meninggal, 227 hilang, dan 1.838 terluka. Lebih dari 1,5 juta orang terdampak, dengan 449.600 warga mengungsi.
Baca juga: Akses Medan-Aceh Tamiang Mulai Terbuka, Harapan Warga Mengalir Lagi
Kerusakan fisiknya ekstrem:
- 2.500 rumah rusak berat
- 1.600 rusak sedang
- 1.300 rusak ringan
- 205 fasilitas pendidikan rusak
- 204 jembatan putus
Di sejumlah tempat, jalur nasional lumpuh. Desa-desa terisolasi. Relawan menyebut, sebagian warga bukan hanya butuh bantuan, tetapi akses menuju bantuan.
Sumatra Utara, Korban Tinggi dan Logistik Terganggu
Di Sumatra Utara, BNPB mencatat 301 korban meninggal, 163 hilang, dan 614 terluka.
Dampaknya meluas ke 1,7 juta penduduk, dengan 527.300 warga mengungsi.
Kerusakan infrastrukturnya mencakup:
- 215 rumah rusak berat
- 45 rusak sedang
- 900 rusak ringan
- 32 fasilitas pendidikan rusak
- 29 jembatan putus
Distribusi logistik masih terhambat, terutama di wilayah bantaran sungai dan pegunungan.
Baca juga: Banjir Aceh: Bantuan Mengalir, tetapi Jalan ke Desa-desa Masih Putus
Sumatra Barat: Ribuan Rumah Hancur, Puluhan Infrastruktur Rusak
Sumatra Barat mencatat 225 warga meninggal, 161 hilang, dan 112 terluka.
Ada 141.800 terdampak dan 137.600 pengungsi.
Kerusakan fisik terjadi di banyak titik:
- 911 rumah rusak berat
- 454 rusak sedang
- 1.400 rusak ringan
- 86 fasilitas pendidikan rusak
- 66 jembatan putus
Kebutuhan mendesak di Sumatra Barat masih mencakup dapur umum, air bersih, layanan kesehatan, dan rekonstruksi akses darat.
Mengapa Asesnya Begitu Parah?
Data BNPB dan analisis lapangan menunjukkan dampak ini membentuk pola:
- curah hujan ekstrem,
- daya serap daerah aliran sungai yang melemah,
- hilangnya kawasan penahan air,
- dan pembangunan yang mengorbankan mitigasi.
Baca juga: Banjir Bandang Sumatra, Bukti Rapuhnya Manajemen Daerah Aliran Sungai
Pemulihan Panjang dan Pekerjaan Kolektif
BNPB menyebut proses pemulihan akan berlangsung lama. Mulai dari evakuasi, pencarian korban, layanan medis, hingga rekonstruksi ribuan rumah dan jembatan.
Fase paling sulit justru datang setelah air surut. Bagaimana jutaan pengungsi ini pulih, secara ekonomi, sosial, psikologis, dan fisik. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.