
Pemimpin Seabad (Bagian 4)
🟨 Pengantar Redaksi
Dalam bagian ketiga kemarin, kami menyoroti sosok Tomiichi Murayama, pemimpin rakyat kecil yang dikenang karena permintaan maaf atas dosa perang Jepang. Hari ini, kita beralih ke figur yang kontras: Yasuhiro Nakasone, perdana menteri yang ambisius dan konservatif. Ia memimpin dengan visi besar, membawa Jepang lebih dekat ke Amerika, dan hidup hingga usia 101 tahun. Apa yang ia tinggalkan bagi negerinya dan dunia? ***
Konservatif dengan Cita Rasa Global
YASUHIRO Nakasone lahir pada 27 Mei 1918, dan wafat pada 29 November 2019, dalam usia 101 tahun. Ia menjadi perdana menteri Jepang dari 1982 hingga 1987. Di bawah pemerintahannya, Jepang mengalami transformasi kebijakan besar-besaran. Baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Nakasone dikenal karena hubungan dekatnya dengan Presiden AS Ronald Reagan. Mereka membentuk “Ron-Yasu” yang terkenal, simbol aliansi erat Jepang, Amerika Serikat di masa Perang Dingin. Ini menjadikan Jepang lebih terbuka dalam urusan pertahanan dan diplomasi global.
Privatisasi, Reformasi, dan Jepang yang Lebih Kompetitif
Di dalam negeri, Nakasone memperkenalkan serangkaian kebijakan deregulasi dan privatisasi. Ia memotong peran negara dalam sektor-sektor besar seperti kereta api nasional, dan memperkuat sektor swasta. Langkah itu menuai pro-kontra, dipuji sebagai modernisasi, dikritik sebagai neoliberalisasi.
Baca juga: Tomiichi Murayama,101 Tahun dan Pemimpin yang Tak Lupa Luka Perang
Namun yang tak kalah penting, Nakasone ingin mengembalikan rasa kebanggaan nasional Jepang. Ia mendorong revisi narasi sejarah, memperkuat pendidikan moral, dan membuka perdebatan tentang konstitusi pasifis Jepang pasca-Perang Dunia II.
Pensiun Panjang yang Tetap Berpengaruh
Meski hanya menjabat lima tahun, Nakasone tetap aktif di dunia politik hingga usia lanjut. Ia menulis, berbicara, dan memberi pengaruh besar dalam politik Partai Demokratik Liberal (LDP). Bahkan setelah pensiun, ia masih diundang ke forum-forum global sebagai negarawan senior Jepang.
Baca juga: Guillermo Rodriguez Lara, Jenderal Kudeta yang Hidup 101 Tahun
Dalam dekade terakhir hidupnya, Nakasone lebih memilih diam. Ia tak lagi vokal seperti dulu, tapi warisannya tetap terasa. Sebagian menyebutnya sebagai arsitek Jepang modern yang percaya pada kekuatan nasional. Sebagian lain melihatnya sebagai tokoh kontroversial yang ingin menghapus rasa bersalah masa lalu Jepang.
Baca juga: Mahathir 100 Tahun, Nafas Panjang Kekuasaan yang Belum Tamat
Umur panjang memberinya waktu untuk menyaksikan Jepang berubah drastis. Dari ekonomi nomor dua dunia hingga era penuaan penduduk. Tapi tidak seperti Murayama yang memilih refleksi dan penyesalan, Nakasone berdiri sebagai tokoh yang teguh pada visinya.
Besok: Apa Rahasia Umur Panjang Para Pemimpin Dunia?
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.
Dukung Jurnalisme Kami: https://saweria.co/PTMULAMULAMEDIA