
AIR putih memang menyehatkan. Namun, pernahkah terpikir bahwa wadahnya justru dapat menimbulkan risiko bagi tubuh? Galon plastik polikarbonat yang kerap digunakan berulang mengandung zat kimia berbahaya bernama Bisfenol A (BPA).
BPA sangat mudah berpindah ke air atau makanan, terutama bila kemasan sering terkena panas, sinar matahari, atau dipakai berkali-kali. Penelitian menunjukkan 93 persen populasi dunia memiliki jejak BPA di tubuhnya.
Dampaknya tidak sepele. BPA dapat mengganggu keseimbangan hormon, menurunkan kesuburan, hingga meningkatkan risiko kanker. Anak-anak dan ibu hamil bahkan menjadi kelompok yang paling rentan. Beberapa studi juga mengaitkan BPA dengan penurunan kecerdasan, gangguan perilaku, diabetes, dan penyakit jantung.
Baca juga: Brasil Galau Soal Plastik, Dunia Bisa Kena Imbas
“BPA akan luruh saat bersentuhan dengan air, dan prosesnya semakin cepat bila terkena panas atau dicuci berulang,” ungkap Pakar Polimer Universitas Indonesia, Prof. Mochamad Chalid.
Dunia Mulai Bertindak
Isu BPA kini menjadi sorotan internasional. Dalam forum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai polusi plastik di Busan, Korea Selatan, sebanyak 85 negara sepakat memasukkan BPA ke dalam daftar bahan kimia berbahaya.

Negara-negara tersebut mendorong pelarangan total pemakaian BPA dalam kemasan plastik, sekaligus mewajibkan pelabelan agar konsumen memperoleh informasi yang jelas. Norwegia, Uni Eropa, Australia, Kanada, hingga sejumlah negara Afrika mendukung penuh langkah ini.
Baca juga: Bye-bye Sachet, Bali Gaspol Lawan Plastik Sekali Pakai Mulai 2026
Indonesia Belum Bebas BPA
Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan Peraturan Nomor 6 Tahun 2024. Aturan tersebut mewajibkan produsen galon polikarbonat mencantumkan label peringatan mengenai BPA. Namun, regulasi baru efektif berlaku pada 2028, sehingga industri masih memiliki masa transisi selama empat tahun.
Baca juga: Mikroplastik Menyusup Lewat Sarapan, Makan Siang, dan Makan Malam
Kondisi ini berarti konsumen tetap berpotensi terpapar BPA hingga aturan dijalankan sepenuhnya. Tantangannya adalah memastikan edukasi publik berjalan seiring dengan dorongan kepada produsen untuk berinovasi mencari kemasan yang lebih aman.
BPA sudah jelas menjadi ancaman tersembunyi dalam botol dan galon plastik. Zat ini tidak terlihat, tetapi dampaknya serius bagi kesehatan. Dengan semakin banyak negara yang melangkah menuju pelarangan, pertanyaannya apakah Indonesia akan menunggu hingga 2028, atau berani lebih cepat bergerak? ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.