
GERHANA Bulan total akan menghiasi langit Indonesia pada Minggu malam, 7 September 2025. Fenomena ini istimewa karena bisa disaksikan di seluruh wilayah Tanah Air dengan mata telanjang, asalkan langit cerah tanpa halangan awan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan, fase total gerhana berlangsung 1 jam 22 menit 6 detik. Namun bila dihitung sejak awal hingga akhir, seluruh rangkaian gerhana memakan waktu lebih dari 5 jam 26 menit.
Fase puncak gerhana akan terjadi pukul 01.11 WIB dini hari (8 September 2025). Pada saat itu, Bulan akan terlihat kemerahan—fenomena yang kerap disebut sebagai “Blood Moon” atau Bulan Merah Darah.
Mengapa Bulan Jadi Merah?
Menurut Pakar Antariksa dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, warna merah muncul karena cahaya Matahari yang melewati atmosfer Bumi mengalami pembiasan. Spektrum cahaya biru terhambur ke angkasa, sementara spektrum merah diteruskan ke permukaan Bulan. Proses ini mirip dengan mekanisme saat Matahari tampak merah saat terbit atau terbenam.

Jika kondisi atmosfer dipenuhi partikel debu vulkanik, warna Bulan bisa berubah lebih pekat menjadi kecokelatan bahkan mendekati hitam.
Thomas mengingatkan, dampak utama gerhana Bulan total sama dengan fase purnama biasa, yakni memicu pasang maksimum air laut. Karena itu, masyarakat yang tinggal di pesisir diminta waspada terhadap potensi banjir rob.
Peristiwa Kosmik yang Bisa Diprediksi
Gerhana Bulan hanya terjadi saat konfigurasi Matahari, Bumi, dan Bulan berada pada satu garis lurus ketika fase purnama. Peristiwa langka ini menjadi bukti nyata dinamika sistem tata surya kita, dan selalu bisa diprediksi jauh hari sebelumnya.
Malam 7 September 2025 akan menjadi panggung kosmik bagi warga Indonesia untuk menikmati salah satu keajaiban alam semesta. Cukup keluar rumah, arahkan pandangan ke langit, dan biarkan “Bulan Merah Darah” menyapa. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.