Cengkih RI Kena Alarm Amerika, Ada Zat Radioaktif di Dalamnya?

Cengkih kering asal Indonesia yang menjadi komoditas ekspor penting. Produk ini sempat disorot setelah otoritas Amerika menemukan dugaan cemaran zat radioaktif. Foto: Ilustrasi/ Freepik.

ALARM datang dari seberang lautan. Amerika Serikat memblokir impor cengkih dari sebuah pabrik di Surabaya setelah menemukan dugaan kontaminasi zat radioaktif. Langkah itu bikin pasar ekspor Indonesia ketar-ketir.

Cesium-137 (Cs-137) adalah isotop radioaktif yang memancarkan radiasi beta dan gamma. Zat ini biasanya muncul sebagai residu limbah industri atau sisa bahan bakar nuklir. Jika terlepas ke lingkungan, ia dapat mencemari tanah dan rantai pangan, serta berisiko bagi kesehatan manusia.

Kasus ini tidak hanya soal teknis. Temuan itu mempertanyakan kredibilitas pengawasan keamanan produk dan limbah industri di Indonesia.

Alarm dari Amerika

Pada akhir September, otoritas pangan Amerika (FDA) memblokir pengiriman cengkih dari Surabaya. Produk yang ditolak itu dikirim kembali ke Indonesia untuk diperiksa ulang (re-impor).

Kabar ini mengingatkan publik pada insiden serupa beberapa waktu lalu saat Amerika juga menemukan dugaan Cs-137 pada udang beku yang diekspor PT Bahari Makmur Sejati (BMS).

Bagi eksportir, langkah Amerika ini jadi sinyal bahaya. Satu kasus saja bisa menggoyang kepercayaan pembeli terhadap seluruh komoditas sejenis dari Indonesia.

Surabaya Aman, Fokus ke Cikande

Pemerintah buru-buru melakukan pengecekan. Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq memastikan pabrik pengolah cengkih di Surabaya aman.

“Hasil penelusurannya, kita tidak temui cemaran di pabriknya,” kata Hanif di Jakarta, Sabtu (4/10), usai penandatanganan kerja sama dengan lembaga standar karbon global Verra.

Desain Grafis: Daffa Attarikh/ MulaMula.

Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) menemukan tingkat radiasi di pabrik tersebut hanya 0,04–0,07 mikrosievert, angka yang wajar karena berasal dari alam. Pemerintah kini menunggu hasil pemeriksaan ulang produk yang dikembalikan Amerika untuk memastikan statusnya.

Berbeda dengan Surabaya, sumber kontaminasi justru ditemukan di Kawasan Industri Modern Cikande, Serang, Banten. Material dengan radiasi tinggi terdeteksi di pabrik pengolahan besi yang sebelumnya juga dikaitkan dengan kasus udang beku BMS.

Dekontaminasi dan Tantangan Pengawasan

Pemerintah menurunkan satuan tugas yang dipimpin Menko Pangan Zulkifli Hasan dengan dukungan KLH, Bapeten, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan tim Gegana Polri. Mereka tengah mengangkut material radioaktif ke lokasi penyimpanan yang aman dan memantau kesehatan warga sekitar.

Baca juga: KLH Gugat Hukum Pencemar Radiasi di Cikande

Kasus ini menyoroti celah dalam pengawasan limbah berbahaya di sektor industri. Di era perdagangan global yang makin sensitif pada isu keamanan pangan dan lingkungan, kelalaian kecil bisa berdampak besar.

“Prioritas kita adalah melindungi kesehatan publik sekaligus menjaga kepercayaan terhadap komoditas ekspor,” tegas Hanif.

Ujian Kredibilitas Ekspor

Para pengamat menilai, insiden ini jadi ujian besar bagi sistem pengawasan produk dan limbah di Indonesia. Jika pemerintah mampu menanganinya secara transparan dan cepat, kepercayaan mitra dagang bisa dipulihkan.

Dengan klarifikasi bahwa pabrik cengkih di Surabaya aman dan fokus penanganan diarahkan ke Cikande, Indonesia berharap dapat mengembalikan keyakinan pasar global bahwa produk pangan dan rempahnya aman dan berkelanjutan. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *