Tragedi Ponpes Al Khoziny, 67 Korban Jiwa di Reruntuhan Mushala

Petugas SAR mengenakan mengevakuasi jenazah korban dari reruntuhan mushala Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Operasi evakuasi oleh SAR gabungan resmi berakhir pada Selasa (7/10/2025) pukul 10.00 WIB. Foto: YouTube/Basarnas.

SIDOARJO, mulamula.id Operasi evakuasi runtuhan mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, resmi berakhir pada Selasa (7/10/2025) pukul 10.00 WIB, tepat di hari ke-9 pasca-insiden. Tim SAR gabungan menghentikan pencarian setelah seluruh korban berhasil dievakuasi dan puing bangunan dibersihkan.

Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas), Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, mengatakan pihaknya telah menuntaskan proses pencarian korban maupun pembersihan puing.

“Hari ini masuk ke hari ke-9, kami telah menyelesaikan pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan terhadap korban, sekaligus memindahkan material bangunan yang runtuh,” ujar Syafii di lokasi.

Tragedi di Tengah Waktu Salat

Mushala tiga lantai yang berada di kompleks asrama putra Ponpes Al Khoziny ambruk pada Senin (29/9/2025) pukul 15.00 WIB, saat para santri sedang melaksanakan salat Ashar. Bangunan beton itu runtuh dan menimpa puluhan santri di dalamnya.

Tim SAR mencatat, selama sembilan hari operasi:

  • Total korban terevakuasi: 171 orang
  • Korban meninggal dunia: 67 orang, termasuk delapan bagian tubuh yang teridentifikasi
  • Korban selamat: 104 orang

Pantauan di lapangan menunjukkan, bangunan yang sebelumnya menjulang tiga lantai kini rata dengan tanah. Hanya tersisa dua eskavator yang digunakan untuk mengangkat puing. Sejumlah bangunan di sisi kiri yang terhubung dengan mushala juga mengalami kerusakan parah akibat ikut tertimpa.

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii memberikan keterangan pers terkait berakhirnya operasi evakuasi runtuhan mushala Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, yang resmi ditutup pada Selasa (7/10/2025) pukul 10.00 WIB. Foto: YouTube/Basarnas.
Konstruksi Jadi Sorotan

Analisis awal tim SAR gabungan menyebut kegagalan konstruksi sebagai penyebab utama ambruknya mushala. Struktur bangunan tidak mampu menahan beban sesuai kapasitas yang seharusnya.

Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan melanjutkan proses supervisi untuk memastikan penanganan dampak bencana dan langkah rehabilitasi berikutnya.

“Proses pencarian dan pertolongan telah selesai. Selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan supervisi oleh BNPB,” tambah Syafii.

Pelajaran Pahit dari Tragedi

Insiden ini menyoroti kembali pentingnya pengawasan konstruksi gedung publik, terutama fasilitas pendidikan dan keagamaan yang sering digunakan oleh banyak orang. Pakar keselamatan bangunan menilai bahwa tragedi ini menjadi alarm bagi pemerintah daerah dan pengelola lembaga pendidikan agar memperketat penerapan standar keamanan konstruksi. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *