
JAKARTA, mulamula.id – Fenomena langka hari tanpa bayangan kembali menyapa Jakarta dan sekitarnya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi peristiwa ini berlangsung pada 7–10 Oktober 2025.
Puncaknya di Jakarta diperkirakan terjadi 9 Oktober 2025 pukul 11.39 WIB, saat Matahari tepat berada di titik zenit.
Momen ini sering disebut kulminasi utama. Pada waktu tersebut, bayangan benda tegak di permukaan bumi akan “menghilang” karena jatuh tepat di bawah objeknya sendiri.
Fenomena Astronomi Tahunan
BMKG menjelaskan, hari tanpa bayangan terjadi saat deklinasi Matahari atau posisi semu Matahari sejajar dengan lintang pengamat di Bumi. Fenomena ini muncul karena bidang rotasi Bumi tidak sejajar dengan bidang revolusi Matahari, sehingga posisi Matahari bergeser antara 23,5° LU hingga 23,5° LS sepanjang tahun.
Baca juga: Hari Tanpa Bayangan, Fenomena Astronomi dan Energi Hijau
Indonesia yang berada di garis khatulistiwa mengalami peristiwa ini dua kali setahun. Tahun ini, Pontianak telah mengalaminya pada 20 Maret dan 23 September 2025, sementara Jakarta pada 4 Maret dan akan kembali pada 9 Oktober 2025.
Jadwal Kulminasi di Jabodetabek
BMKG merilis jadwal kulminasi utama untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya:
- Kepulauan Seribu: 7 Oktober 2025 pukul 11.41 WIB
- Jakarta Utara: 8 Oktober 2025 pukul 11.39 WIB
- Jakarta Pusat: 9 Oktober 2025 pukul 11.39 WIB
- Jakarta Timur: 9 Oktober 2025 pukul 11.39 WIB
- Jakarta Selatan: 9 Oktober 2025 pukul 11.40 WIB
- Jakarta Barat: 9 Oktober 2025 pukul 11.40 WIB
- Depok: 9 Oktober 2025 pukul 11.40 WIB
- Tangerang Selatan: 9 Oktober 2025 pukul 11.40 WIB
- Tangerang: 9 Oktober 2025 pukul 11.40 WIB
- Bekasi: 9 Oktober 2025 pukul 11.39 WIB
- Bogor: 10 Oktober 2025 pukul 11.39 WIB
Baca juga: Hari Tanpa Bayangan, Keajaiban Astronomi di Langit Indonesia
Aman untuk Diamati
Fenomena ini dapat disaksikan langsung di ruang terbuka. Bayangan tiang, gedung, atau benda tegak lainnya akan tampak sangat pendek, bahkan nyaris tidak terlihat.
BMKG menegaskan, hari tanpa bayangan aman untuk diamati, asalkan masyarakat tidak menatap Matahari secara langsung. Waktu terbaik pengamatan adalah saat cuaca cerah dan sekitar pukul kulminasi.
“Fenomena ini bukan sesuatu yang berbahaya. Justru bisa dimanfaatkan untuk edukasi astronomi dan mengingatkan kita akan dinamika gerak Bumi dan Matahari,” tulis BMKG dalam keterangan resminya.
Peristiwa yang Menginspirasi Edukasi
Hari tanpa bayangan kerap menjadi momentum edukasi tentang ilmu bumi dan astronomi, khususnya bagi pelajar. Fenomena ini memperlihatkan bagaimana rotasi Bumi dan pergerakan Matahari menciptakan siklus yang berulang setiap tahun.
Baca juga: Hari Tanpa Bayangan, Ujian Kota di Bawah Terik
BMKG mengimbau masyarakat memanfaatkan momen ini untuk mengamati fenomena alam dengan bijak. “Fenomena ini adalah bagian alami dari siklus pergerakan Matahari. Tidak perlu cemas, justru menarik untuk dipelajari,” ujar BMKG. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.