
SELAMA puluhan tahun, panas bumi hanya jadi bahan presentasi. Potensinya besar, tapi tak kunjung jadi nyata. Indonesia disebut punya cadangan panas bumi terbesar di dunia, sekitar 25.000 megawatt (MW). Namun, yang benar-benar dimanfaatkan baru 2.400 MW.
Semua tahu potensi itu, tapi tak banyak yang tahu bagaimana cara memulainya. Hingga akhirnya, kini muncul pendekatan baru yang disebut “staging”, sebuah cara membangunkan raksasa tidur energi Indonesia, perlahan tapi pasti.
Dari Wacana ke Pengeboran Nyata
Di Aceh, proyek panas bumi Seulawah akhirnya bergerak setelah tertunda hampir empat dekade. Alih-alih menunggu dana besar, proyek ini dimulai kecil-kecilan, 30 MW dulu, dengan investasi yang lebih realistis.
Metode yang sama akan dipakai di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, 15 MW tahap awal sebelum naik ke kapasitas penuh.
Baca juga: Raksasa Tertidur Panas Bumi, Bangun atau Tetap Mimpi?
Skema bertahap ini membuat arus kas perusahaan tetap sehat, sementara pembangkit pertama bisa langsung menghasilkan listrik dan pendapatan untuk mendanai tahap berikutnya. Praktis dan berani.
Bukan Sekadar Soal Uang
Masalah panas bumi di Indonesia ternyata bukan cuma dana, tapi juga drama di “keluarga energi”: antara produsen dan pembeli listrik, yakni Pertamina dan PLN.
Baca juga: Energi Panas Bumi Sedang Naik Daun, Indonesia Jadi Pemain Utama Dunia
Keduanya sama-sama BUMN, tapi sering bersilang kepentingan. Satu ingin menjual listrik setinggi mungkin, satunya lagi mau membeli semurah mungkin. Akibatnya, proyek tersendat bertahun-tahun, padahal potensi sudah siap dieksplorasi.

Kini, dengan adanya Danantara sebagai lembaga investasi negara yang menaungi BUMN strategis, ada harapan koordinasi dan pendanaan energi hijau bisa lebih sinkron. Geothermal pun punya peluang lepas dari “jebakan birokrasi” yang selama ini menahannya.
Target Baru, Juara Dunia Panas Bumi
Jika semua proyek berjalan sesuai rencana, Indonesia berpotensi menyalip Filipina dan mendekati Amerika Serikat sebagai pemimpin panas bumi dunia.
Pertamina Geothermal Energy menargetkan kapasitas 3.000 MW dalam dua tahun ke depan, sebuah lonjakan besar dari posisi saat ini.
Baca juga: 12 Proyek Panas Bumi Indonesia Menanti Investasi
Dan yang paling menarik, biaya investasi per megawatt kini berhasil ditekan menjadi USD 5 juta, turun dari USD 6 juta sebelumnya.
Semakin efisien, semakin cepat pula jalan menuju energi hijau yang benar-benar Indonesia punya sendiri.

Dari Aceh hingga Sulawesi, raksasa tidur energi Indonesia mulai menggeliat.
Dan mungkin, kali ini, ia benar-benar akan bangun. Bukan karena mimpi, tapi karena cara baru yang akhirnya realistis untuk dijalankan. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.