Langit Jakarta Penuh Plastik? Ini Respons Pemprov DKI

Langit Jakarta saat matahari terbenam. Di balik keindahannya, riset BRIN menemukan partikel mikroplastik ikut terbawa hujan yang turun di Ibu Kota. Foto: Tom Fisk/ Pexels.

HUJAN di Jakarta bukan lagi cuma air. Peneliti BRIN menemukan partikel mikroplastik ikut turun dari langit ibu kota, tanda bahwa polusi plastik sudah naik ke atmosfer dan kembali jatuh bersama air hujan.
Temuan ini bikin Pemprov DKI langsung bergerak.

Melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH), pemerintah memperkuat program pengendalian sampah plastik dari hulu sampai ke udara.

“Polusi plastik bukan cuma urusan laut atau sungai, tapi sudah sampai ke langit Jakarta,” kata Kepala DLH DKI, Asep Kuswanto.

Baca juga: Jakarta Diguyur Hujan Mikroplastik, Kok Bisa?

Dari Kantong Belanja ke Langit

DKI sebenarnya sudah punya sederet aturan buat mengurangi plastik sekali pakai. Mulai dari Pergub No.142/2019 tentang kantong belanja ramah lingkungan sampai Jakstrada Persampahan yang menargetkan 30% pengurangan sampah dari sumbernya.

Baca juga: Mikroplastik Menyusup Lewat Sarapan, Makan Siang, dan Makan Malam

Sekarang, mereka juga mau memantau mikroplastik di udara dan air hujan lewat sistem digital bernama JEDI (Jakarta Environmental Data Integration).

Desain Grafis: Daffa Attarikh/ MulaMula.
Kampanye “Jakarta Tanpa Plastik di Langit dan Bumi”

Selain ngumpulin data, DLH juga mulai kampanye publik baru. Namanya keren banget: “Jakarta Tanpa Plastik di Langit dan Bumi.” Pesannya simpel tapi dalem, ajakan buat ngurangin plastik sekali pakai, memilah sampah dari rumah, dan please, jangan bakar plastik sembarangan.

“Langit Jakarta lagi ngasih kita peringatan,” ujar Asep. “Perubahan perilaku itu kuncinya,” tambahnya mengingatkan.

Plastik Bukan Musuh, tapi Tantangan

Koordinator Staf Khusus Gubernur, Firdaus Ali, bilang Pemprov nggak “anti-plastik”. “Plastik itu bagian dari hidup modern. Yang kita tolak adalah plastik yang mencemari lingkungan,” tegasnya.

Baca juga: Solusi Plastik Nggak Datang dari Atas, tapi dari Kita

Artinya, solusi bukan sekadar larangan, tapi perubahan gaya hidup. Mulai dari kita. Bawa tumbler, tolak kresek, dan dukung produk yang bisa didaur ulang.

Menurut riset BRIN, rata-rata 15 partikel mikroplastik turun di setiap meter persegi Jakarta setiap hari. Bayangin, itu partikel plastik dari serat baju, ban mobil, sampai asap pembakaran yang balik lagi lewat hujan. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *