Cara Baru Industri Travel ‘Menjual’ Keberlanjutan

Suasana bandara dengan siluet para pelancong. Industri travel global kini mulai mengubah cara mempromosikan keberlanjutan agar lebih menarik bagi generasi baru wisatawan. Foto: Ekaterina Belinskaya/ Pexels.

INDUSTRI travel sedang berubah besar-besaran. Bukan cuma karena munculnya bahan bakar ramah lingkungan atau hotel bebas plastik, tapi karena satu hal yang jarang dibahas, yakni cara mereka bercerita tentang keberlanjutan.

Dalam percakapan khusus dengan SustainReview.ID, Pakar Aviasi Internasional Paul Charles mengingatkan bahwa konsumen sekarang makin peduli, tapi tetap ingin liburan yang nyaman dan menyenangkan. Tantangannya: bagaimana membuat “travel hijau” tetap terasa seru, bukan membosankan.

Keberlanjutan Harus Dipasarkan Ulang

Menurut Charles, cara lama industri menyampaikan pesan hijau sudah tidak efektif. “Kata sustainability itu kadang tidak menarik buat konsumen,” katanya. “Kalau kamu sudah menabung lama buat liburan, kamu pasti mau menikmati, bukan disuruh mengurangi ini-itu,” imbuh Charles.

Baca juga: Travel Hijau, Bisnis Baru Dunia Wisata

Karena itu, narasi keberlanjutan harus dibuat lebih emosional dan relevan.
Contohnya?
Hotel yang memberi diskon kalau tamu memilih opsi “lebih hijau”, atau maskapai yang menjelaskan manfaat SAF (bahan bakar ramah lingkungan) tanpa membuatnya terdengar teknis.

Intinya, kebaikan lingkungan harus terasa sebagai bagian dari pengalaman liburan, bukan larangan.

Pakar Aviasi Internasional Paul Charles. Foto: Dok.
Travel Setelah Pandemi: Lebih Personal, Lebih Bernilai

Pandemi COVID mengubah cara orang melihat perjalanan.

Menurut Charles, banyak orang kini lebih memilih:

  • jalan-jalan untuk reconnect dengan keluarga,
  • pengalaman yang autentik,
  • destinasi yang punya cerita,
  • liburan yang memberi makna, bukan hanya “foto-foto cantik”.

Baca juga: Peter Greenberg: Sustainability itu Bukan Slogan, Ikuti Uangnya

Permintaan untuk travel yang lebih mindful otomatis membuat industri harus menyesuaikan cara mereka mempromosikan destinasi. Bukan lagi soal “promo murah”, tapi bagaimana sebuah perjalanan memberi nilai emosional.

Hotel dan Maskapai Harus Lebih Kreatif

Charles mengatakan bahwa hotel, maskapai, dan operator tur harus memikirkan ulang cara mereka memasarkan keberlanjutan.

Sederhana saja:

  • hotel bisa memperlihatkan produk lokal,
  • maskapai bisa bicara soal pengurangan emisi secara transparan,
  • destinasi bisa menunjukkan aktivitas komunitas yang didukung turis.

Yang penting, tanpa greenwashing. “Kamu akan ketahuan kalau cuma bicara tanpa melakukannya,” tegas Charles.

Desain Grafis: Daffa Attarikh/ MulaMula.
Peluang Besar untuk Indonesia

Indonesia punya modal alam dan budaya yang luar biasa. Dengan lebih dari 7.000 desa wisata, tren travel bermakna sebenarnya sudah terjadi di sini. Yang kurang hanyalah cara bercerita.

Destinasi-destinasi seperti Bali, Labuan Bajo, atau Toraja bisa memimpin tren travel hijau Asia kalau narasinya dirancang dengan tepat, bukan hanya soal pemandangan, tapi pengalaman lokal yang jujur, ramah, dan autentik.

Keberlanjutan dalam travel sudah bergeser. Bukan lagi soal mengurangi jejak karbon saja, tapi bagaimana industri menjadikan pilihan hijau terasa lebih seru, lebih bernilai, dan lebih manusiawi.

Sebuah evolusi baru, bukan menjual “apa” yang hijau, tetapi “mengapa” pengalaman itu berarti. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *