Promosi Indonesia di Eropa Ramai, Dampaknya Masih Tanda Tanya

Bus bertema “Wonderful Indonesia” melintas di depan Castel Sant’Angelo, Roma. Promosi luar ruang ini jadi salah satu cara Indonesia tampil di pusat keramaian wisata Eropa pada Juli 2025. Foto: Kemenpar.

INDONESIA kembali tampil besar di jalanan Eropa. Sepanjang Juli 2025, bus dan billboard dengan desain Wonderful Indonesia mondar-mandir di Berlin dan Roma. Fotonya ramai beredar di media sosial, warna-warni destinasinya mencuri perhatian. Tapi satu pertanyaan muncul, seberapa besar sebenarnya dampak promosi ini ke jumlah wisatawan Eropa yang datang ke Indonesia?

Kementerian Pariwisata menyebut kampanye ini sebagai langkah strategis. Deputi Bidang Pemasaran, Ni Made Ayu Marthini, mengatakan bahwa promosi di Berlin dan Roma bertujuan memperkuat citra Indonesia di pasar global.

“Kampanye ini menampilkan pengalaman perjalanan yang mendalam, personal, dan otentik,” ujarnya dalam rilis resmi.

Secara visual memang keren. Di Berlin, bus berkeliling melewati Kurfurstendamm, Brandenburg Gate, sampai East Side Gallery. Di Roma, bus melintas di Colosseo, Castel Sant’Angelo, hingga Piazza Barberini. Gambarnya menonjolkan Danau Toba, Borobudur, Labuan Bajo, Mandalika, sampai Bali.

Baca juga: Turis Dunia Lagi Cari ‘Pengalaman Asli’, Indonesia Punya Barangnya

Semua destinasi itu tampil rapi di badan bus, jadi “panggung bergerak” di tengah kota-kota paling turis di dunia.

Tapi ketika bicara soal efektivitas, ceritanya tidak sesederhana visualnya.

Desain Grafis: Daffa Attarikh/ MulaMula.
Data Wisatawan Eropa Stabil, Tidak Ada Lonjakan Besar

Kalau kita lihat data BPS dari beberapa tahun terakhir, kunjungan wisatawan dari Prancis, Jerman, dan Italia memang naik. Tapi kenaikannya berjalan normal, mengikuti pola pemulihan global setelah pandemi. Tidak ada lonjakan khusus pada tahun-tahun ketika kampanye bus digelar.

Di Paris 2017, misalnya, Menteri Pariwisata waktu itu Arief Yahya percaya promosi bus bisa meningkatkan awareness. “Brand itu harus di-maintain dan dinaikkan value-nya,” katanya.

Tapi pertumbuhan wisatawan Prancis tahun itu hanya sekitar tujuh persen. Stabil, tetapi tidak meledak.

Baca juga: Era Travel Baru, Ketika AI Mengambil Alih Perjalananmu

Di Berlin 2019, kampanye bus kembali dilakukan bertepatan dengan ITB Berlin. Lagi-lagi, data kunjungan dari Jerman justru melandai dibanding tahun sebelumnya.

Pada kampanye terbaru, Juli 2025, wisman Eropa memang naik, tapi tidak ada tanda bahwa kampanye bus menjadi faktor utama. Wisatawan asing yang mendominasi justru berasal dari Malaysia, Australia, dan China.

Artinya, promosi ini mungkin membantu visibilitas dan memperkuat citra Indonesia di Eropa, tapi dampaknya ke kunjungan langsung belum terlihat jelas.

Kenapa Efeknya Tidak Terasa?

Ada beberapa alasan yang bisa menjelaskan.

Pertama, kampanye luar ruang seperti bus dan billboard biasanya bekerja di level awareness, bukan conversion. Artinya, bagus untuk mengingatkan orang tentang Indonesia, tapi belum tentu langsung membuat mereka membeli tiket dan terbang ke Jakarta, Bali, atau Labuan Bajo.

Baca juga: Cara Baru Industri Travel ‘Menjual’ Keberlanjutan

Kedua, persaingan destinasi makin ketat. Negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia juga gencar promosi, dan mereka punya akses penerbangan yang lebih kuat ke Eropa.

Ketiga, tidak ada data publik dari pemerintah soal biaya kampanye, jangkauan audiens, atau indikator keberhasilannya. Jadi sulit menilai apakah promosi bus ini efektif atau hanya jadi warna di jalanan Eropa.

Bus “Wonderful Indonesia” terlihat melintas di depan Colosseum, Roma. Kampanye ini ikut meramaikan musim wisata Eropa pada Juli 2025. Foto: Kemenpar.
Saatnya Strategi yang Lebih Terukur?

Promosi luar ruang tetap punya tempat, apalagi jika tujuannya membangun citra. Tapi di era digital seperti sekarang, wisatawan Eropa banyak membuat keputusan via riset daring, review, TikTok travel, influencer, hingga program loyalty maskapai.

Tanpa data dan transparansi, kampanye seperti bus Wonderful Indonesia memang terlihat megah, tapi sulit diukur hasil nyatanya.

Promosi di Eropa tahun 2025 ini membuat Indonesia terlihat keren. Namun pertanyaan soal dampaknya masih menggantung. Mungkin sudah saatnya promosi pariwisata Indonesia digabungkan dengan strategi digital yang lebih presisi dan data-driven, supaya tidak hanya ramai secara visual, tetapi juga terasa hasilnya. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *