LAPANGAN Banteng, salah satu ikon Jakarta, bukan sekadar taman kota biasa. Terletak di jantung Jakarta Pusat, tempat ini menyimpan jejak sejarah yang panjang, mulai dari masa kolonial hingga menjadi ruang publik favorit warga ibu kota saat ini.
Transformasi dari Kolonial ke Modern
Lapangan Banteng awalnya tercatat sebagai Waterloo Square di era kolonial Belanda. Tempat ini digunakan untuk parade militer dan berbagai kegiatan resmi pemerintah kolonial.
Namun, setelah Indonesia merdeka, lapangan ini berganti wajah dan nama menjadi simbol perlawanan dan kebebasan. Monumen Pembebasan Irian Barat yang menjulang setinggi 36 meter menjadi penanda penting di sini.
Berdasarkan data dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, monumen ini diresmikan pada tahun 1963 sebagai peringatan perjuangan pembebasan Irian Barat dari penjajahan Belanda.
Ruang Terbuka Hijau yang Semakin Modern
Dalam beberapa tahun terakhir, Lapangan Banteng mengalami revitalisasi besar-besaran. Pemerintah DKI Jakarta pada 2018 menggelontorkan dana sekitar Rp60 miliar untuk mempercantik area ini, seperti lansiran dari Badan Pengelola Aset Daerah (BPAD) DKI Jakarta.
Kini, Lapangan Banteng tampil dengan desain yang lebih modern, lengkap dengan fasilitas jogging track, lapangan basket, dan area bermain anak.
Baca juga: Hutan Kota GBK, Oase Hijau di Tengah Jakarta
Fungsi Lapangan Banteng pun terus berkembang. Selain menjadi tempat olahraga, ruang ini juga sering digunakan untuk festival budaya, konser musik, dan pameran seni.
Melansir data dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, pada tahun 2023, Lapangan Banteng tercatat sebagai salah satu lokasi penyelenggaraan acara publik terbesar di Jakarta dengan lebih dari 50 kegiatan besar setiap tahunnya.
Kontribusi untuk Kualitas Udara dan Ruang Publik
Sebagai ruang terbuka hijau, Lapangan Banteng berperan penting dalam meningkatkan kualitas udara di Jakarta.
Menurut laporan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, setiap tahunnya, Lapangan Banteng menyerap lebih dari 150 ton karbon dioksida, menjadikannya salah satu paru-paru kota yang vital.
Tidak hanya itu, revitalisasi Lapangan Banteng juga membawa dampak positif bagi kesehatan mental warga.
Studi dari Universitas Indonesia (UI) menunjukkan bahwa akses terhadap ruang terbuka hijau, seperti Lapangan Banteng, dapat mengurangi tingkat stres hingga 30%.
Ini menjadikan lapangan ini bukan hanya sebagai tempat rekreasi, tetapi juga sebagai pusat kebugaran dan kesehatan mental bagi masyarakat.
Destinasi Wajib bagi Warga dan Wisatawan
Lapangan Banteng kini menjadi destinasi wajib bagi warga Jakarta maupun wisatawan. Pada akhir pekan, area ini dipenuhi oleh keluarga yang berolahraga, anak-anak yang bermain, hingga fotografer yang mencari sudut terbaik untuk menangkap kemegahan monumen.
Melansir dari Jakarta Tourism, kunjungan ke Lapangan Banteng meningkat sebesar 25% sejak revitalisasi, menandakan popularitasnya yang terus meningkat.
Baca juga: Emas ‘Ampon’ Aceh di Puncak Monas
Lapangan Banteng bukan hanya sekadar ruang hijau, melainkan simbol evolusi kota Jakarta. Dari masa kolonial hingga kini, ia terus menjadi saksi perubahan zaman dan tempat bernaung bagi siapa saja yang ingin menikmati sejuknya udara, berolahraga, atau sekadar melepas penat di tengah hiruk pikuk kota.
Lapangan Banteng adalah bukti nyata bagaimana sejarah, seni, dan ruang publik dapat menyatu menjadi sebuah destinasi yang berkelas dan bermanfaat bagi banyak orang. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.