PBB Desak Pengalihan Subsidi Fosil untuk Energi Bersih

Sidang Majelis Umum ke-15 IRENA di Abu Dhabi, menyerukan penghapusan subsidi bahan bakar fosil demi transisi energi bersih. Foto: Hugo Magalhaes/ Pexels.

TRANSISI energi bersih kian mendesak. Pada Sidang Majelis Umum ke-15 International Renewable Energy Agency (IRENA) di Abu Dhabi, Minggu (12/1/2025), Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan pentingnya mengalihkan subsidi bahan bakar fosil ke investasi energi terbarukan.

Dalam forum internasional yang dihadiri para pemimpin dunia, Guterres menyerukan kolaborasi lintas sektor, termasuk pemerintah, masyarakat sipil, dan pengusaha, untuk mempercepat perubahan menuju energi yang lebih berkelanjutan.

“Pemerintah harus mengambil langkah berani dengan menghentikan subsidi bahan bakar fosil dan mengalihkannya ke investasi dalam transisi energi,” ujar Guterres.

Subsidi Bahan Bakar Fosil, Masalah atau Solusi?

Subsidi bahan bakar fosil telah lama menjadi kontroversi. Di Satu sisi, kebijakan ini dirancang untuk meringankan beban masyarakat terhadap biaya energi. Namun, di sisi lain, subsidi ini memperlambat adopsi energi bersih dan berkontribusi pada peningkatan emisi karbon global.

Laporan IRENA menunjukkan bahwa energi terbarukan kini semakin kompetitif dari segi biaya. Harga energi bersih, seperti tenaga surya dan angin, terus menurun secara signifikan dalam dekade terakhir. Namun, negara-negara berkembang menghadapi tantangan besar dalam mendanai transisi ini.

Sejak 2016, hanya 20 persen dari total investasi energi bersih global yang mengalir ke negara-negara berkembang. “Kesenjangan ini harus teratasi jika kita ingin mencapai target iklim global,” tegas Guterres.

Tantangan Negara Berkembang, Pendanaan dan Keadilan Energi

Bagi banyak negara berkembang, transisi energi terhambat oleh masalah pendanaan. Infrastruktur yang belum memadai, ketergantungan pada bahan bakar fosil, serta tingkat utang yang tinggi menjadi kendala utama.

Baca juga: Negosiasi Iklim 2024 Masih Jalan di Tempat

Guterres menyoroti pentingnya meningkatkan kapasitas pinjaman dari bank pembangunan multilateral dan memperluas pembiayaan konsesi. Selain itu, ia menekankan perlunya kebijakan harga karbon yang efektif untuk mendorong investasi dalam energi bersih.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Foto: X/ @antonioguterres.

Namun, transisi energi juga harus mempertimbangkan prinsip keadilan. Guterres menekankan bahwa komunitas pekerja dan masyarakat yang terdampak harus dilibatkan dalam proses ini. “Keadilan harus menjadi inti dari transisi energi, agar tidak ada pihak yang tertinggal,” tambahnya.

Era Energi Bersih, Harapan Baru untuk Dunia

Optimisme terhadap energi bersih semakin nyata. Penurunan biaya teknologi energi terbarukan telah membuka peluang baru bagi negara-negara di seluruh dunia. “Era energi bersih akan tiba lebih cepat dari yang kita bayangkan,” kata Guterres.

Baca juga: Ketimpangan Dana Iklim vs. Proyek Perusak di COP29

Namun, langkah ini memerlukan komitmen global. Negara-negara maju harapannya memainkan peran lebih besar dalam mendukung negara berkembang melalui transfer teknologi dan pendanaan.

Sidang Majelis Umum ke-15 IRENA ini menjadi momen penting untuk memperkuat kolaborasi internasional. Dengan mengambil langkah berani, dunia dapat bergerak menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Artikel ini hasil kolaborasi antara Mulamula.id dan SustainReview.id, untuk menghadirkan wawasan mendalam seputar isu keberlanjutan dan transformasi hijau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *