AI Bisa Gantikan Dokter, tapi Menyerah pada Perawat dan Tukang Ledeng

Mesin pintar bisa membantu pekerjaan medis, tapi sentuhan manusia tetap tak tergantikan. Foto: Ilustrasi/ Pavel Danilyuk/ Pexels.

Pakar AI sepakat, dua profesi ini punya sentuhan manusia dan improvisasi fisik yang tak bisa diprogram mesin.

KECERDASAN buatan (AI) terus merambah hampir semua lini pekerjaan manusia. Dari kantor hukum hingga meja operasi, mesin pintar mulai mengambil alih peran yang dulu mutlak dikerjakan manusia.
Namun, dua profesi ini dinilai nyaris mustahil digantikan, yakni perawat dan tukang ledeng.

CEO Google DeepMind, Demis Hassabis, dan peraih Nobel sekaligus “Bapak AI” Geoffrey Hinton, kompak menyebut dua pekerjaan ini punya “tembok” yang sulit ditembus AI. Alasannya? Ada faktor manusia yang tak bisa diprogram.

AI Bisa Gantikan Dokter, tapi Bukan Perawat

Hassabis percaya AI akan membuat lompatan besar di dunia kedokteran dalam 5–10 tahun ke depan. Sistem pintar kini mampu membaca hasil MRI, CT scan, hingga tes laboratorium dengan akurasi tinggi. Bahkan, di beberapa kasus, AI sudah mengambil alih diagnosis rutin, memberi ruang bagi dokter untuk fokus ke kasus yang lebih rumit.

Baca juga: Microsoft Pangkas 15.000 Karyawan, Ambisi AI Meninggalkan Korban

Namun, saat bicara soal perawat, Hassabis tegas menolak kemungkinan penggantian total.
“Keperawatan adalah soal empati, kenyamanan, dan dukungan emosional. Mesin tidak bisa memegang tangan pasien,” ujarnya.

Profesi perawat memadukan keahlian medis dengan empati, sesuatu yang sulit ditiru AI. Foto: Ilustrasi/ Cedric Fauntleroy/ Pexels.

Ia mengakui, robot mungkin bisa membagikan obat atau mencatat data pasien. Tapi kehangatan dan kepercayaan yang dibangun melalui tatapan mata dan sentuhan, tetap milik manusia. “Perawat robotik bisa efisien, tapi tanpa kasih sayang, itu bukan perawatan,” tambahnya.

Tukang Ledeng dan Tantangan Fisik yang Rumit

Geoffrey Hinton, sosok yang namanya melekat di sejarah perkembangan AI, juga punya pandangan serupa. Bahkan ia sempat bercanda, kalau tidak jadi ilmuwan, ia mungkin memilih jadi tukang ledeng.

Baca juga: AI Bakal Geser Programmer? Meta Sudah Hitung Mundur

“AI hebat dalam mengenali pola, tapi sangat lemah dalam improvisasi fisik,” jelasnya.
Pekerjaan perpipaan, menurut Hinton, menuntut keterampilan manual, penyesuaian dengan situasi lapangan, dan solusi kreatif yang tak bisa ditiru algoritma.

Pekerjaan tukang, terutama tukang ledeng, yang menuntut keterampilan fisik dan improvisasi tetap sulit diotomatisasi AI. Foto: Ilustrasi/ Thoi Nam Cao/ Pexels.

Memperbaiki pipa bocor di rumah tua, misalnya, sering kali menuntut intuisi, bukan sekadar prosedur. Sama seperti perawat yang memberi rasa aman, tukang ledeng bekerja dalam ranah manusia yang unik. Mereka memecahkan masalah nyata di lingkungan yang selalu berubah.

Baca juga: Susah Bedakan Gambar AI atau Asli? Pakai Filter Ini Saja

Teknologi Hebat, tapi Bukan Segalanya

Kedua pakar ini sepakat, AI akan menjadi mitra kerja yang kuat, bukan pengganti total.
Mesin pintar bisa mempercepat diagnosis atau membantu memetakan masalah pipa. Tapi, dalam hal sentuhan kemanusiaan dan kreativitas fisik, manusia tetap memegang kendali.

Di era otomatisasi ini, mungkin justru profesi yang paling “manusiawi” lah yang akan bertahan paling lama. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *