AI Nggak Cuma Pintar, tapi Rakus Energi

Robot otonom sebagai wajah AI modern. Di balik kecerdasannya, konsumsi energi jadi tantangan besar bagi masa depan berkelanjutan. Foto: Kindel Media/ Pexels.

KECERDASAN buatan atau artificial intelligence (AI) kini jadi bintang utama di dunia teknologi. Model terbaru seperti Llama 3.1 dengan delapan miliar parameter digadang-gadang bisa menjawab berbagai persoalan, dari kesehatan, bisnis, hingga hiburan. Namun, di balik kecanggihannya, ada cerita lain yang jarang dibicarakan. AI ternyata bisa bikin listrik melonjak drastis.

Menurut Profesor Teknik Mesin dari National University of Singapore (NUS), Lee Poh Seng, lonjakan itu bisa mencapai empat kali lipat hanya dalam waktu 200 milidetik, kurang dari sekejap mata. “Bayangkan, sistem energi bisa tiba-tiba terguncang hanya karena satu proses komputasi AI yang berat,” ujarnya saat NeutraDC Summit 2025 di Bali, Senin (25/8).

Lonjakan Sekejap, Dampak Panjang

Fenomena ini disebut sebagai burst workload. Sederhananya, AI bekerja layaknya otak superbesar yang kadang tiba-tiba “makan” energi lebih banyak dari biasanya. Jika listrik rumah tangga bisa stabil dengan pola pemakaian harian, AI justru sebaliknya, bisa melonjak seketika.

Baca juga: Era Physical AI Sudah Dimulai, Apa Bedanya dengan Generatif AI?

Ilustrasinya begini. Seperti ketika semua orang di satu kompleks perumahan menyalakan AC, mesin cuci, dan kulkas bersamaan dalam satu detik. Listrik tentu bisa “ngedrop”. Begitu juga dengan sistem energi yang menopang pusat data atau data center tempat AI beroperasi.

Tak Cukup Andalkan Cip Super Canggih

Selama ini, dunia sibuk bicara soal perangkat keras. Dari GPU NVIDIA RTX 4090 sampai cip terbaru seperti X200 dan Blackwell. Semakin cepat cip, semakin besar pula kemampuan AI. Tetapi, menurut Lee, cip hebat saja tidak cukup. “Tanpa infrastruktur listrik yang stabil, kinerja AI akan timpang,” katanya.

Artinya, yang harus dibenahi bukan hanya otak mesin, tetapi juga jantung energinya.

Energi Hijau Jadi Taruhan

Masalah listrik akibat AI bukan sekadar soal teknis. Isu keberlanjutan kini jadi perhatian besar. Konsumsi listrik berlebih berarti emisi karbon bisa meningkat. Karena itu, muncul wacana memanfaatkan blockchain berbasis sistem kuantum untuk membuat penggunaan energi lebih efisien sekaligus transparan.

Ilustrasi intensitas komputasi AI. Model terbaru menuntut energi besar dalam hitungan milidetik. Foto: Cottonbro Studio/ Pexels.

Teknologi ini diyakini bisa membantu mengurangi jejak karbon dari pusat data yang boros energi. Jadi, bukan hanya inovasi, tapi juga ramah lingkungan.

Kolaborasi Jadi Kunci

Menurut Africa Area Manager EAE Elektrik (APAC), Semih Ural, solusi tak bisa datang dari satu pihak saja. Industri dan riset perlu berjalan bersama. Ia mencontohkan inisiatif Sustainable Tropical Data Center Testbed di NUS, yang sudah tiga tahun jadi wadah kolaborasi akademisi, peneliti, dan pelaku industri.

Baca juga: AI Bisa Gantikan Dokter, tapi Menyerah pada Perawat dan Tukang Ledeng

Di platform ini, hasil riset tidak berhenti di laboratorium, melainkan langsung diuji dalam tantangan nyata. “Dengan begitu, adopsi solusi bisa lebih cepat,” kata Semih.

Ia juga menekankan pentingnya workload scheduling, yakni penjadwalan beban kerja AI agar selaras dengan ketersediaan energi. Ibaratnya, seperti mengatur giliran supaya listrik tidak “ngadat” saat semua perangkat ingin dipakai bersamaan.

Masa Depan AI dan Energi

Perjalanan AI tidak bisa dipisahkan dari isu energi. Tanpa strategi yang matang, lonjakan listrik bisa jadi harga mahal yang harus dibayar.

Baca juga: AI Bakal Geser Programmer? Meta Sudah Hitung Mundur

Bagi generasi muda yang tumbuh di era digital, pertanyaan ini semakin relevan. Apakah kita ingin AI hanya jadi mesin pintar, atau juga mesin yang bijak dalam menggunakan energi?

Jawabannya ada pada bagaimana riset, industri, dan kebijakan publik bisa menyatukan langkah. Karena pada akhirnya, masa depan AI bukan hanya soal seberapa canggih ia berpikir, tetapi juga seberapa hijau ia hidup berdampingan dengan bumi. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *