Banjir Aceh: Bantuan Mengalir, tetapi Jalan ke Desa-desa Masih Putus

Hari ke-6 pascabanjir, jalan utama di Aceh Tamiang masih tergenang. Mobil, motor, dan warga menembus air keruh demi mencapai kampung yang terputus. Foto: Dok. Polda Aceh.

BANDA ACEH, mulamula.id Air mulai surut. Tetapi di banyak tempat, warga masih menunggu pertolongan. Tumpukan bantuan sudah mencapai gudang kabupaten, namun di lapangan, harapan masih terjebak di jalan-jalan yang hilang.

Ini bukan cerita satu daerah. Informasi yang masuk ke meja redaksi mulamula.id dalam sepekan terakhir menggambarkan pola besar. Aceh menghadapi krisis akses, bukan hanya krisis logistik.

Data BNPB memperlihatkan skala bencana:

173 orang meninggal
204 hilang
1.800 luka-luka
1,4 juta terdampak
443.000 mengungsi
203 jembatan rusak
ribuan rumah hancur

Di balik angka dingin itu, ada alamat, keluarga, dan cerita yang belum tersentuh.

Aceh Tengah dan Bener Meriah: Bantuan Ada, tapi Tak Sampai

Tokoh Gayo, Fikar W Eda, menggambarkan situasi itu paling telak. “Bantuan sudah datang ke kabupaten. Tapi, kampung-kampung terisolir belum tersentuh. Helikopter satu-satunya cara untuk dropping bantuan,” ungkapnya.

Baca juga: Sumatra Membutuhkan Empati Kita

Pada hari ke-7, masih ada desa di pedalaman yang belum terjangkau. Jembatan hilang. Jalur putus. Longsor di mana-mana. Sinyal yang mati, berangsur-angsur mulai aktif.

Di banyak titik, warga hanya bisa memandang sungai yang dulu memberi hidup, kini berubah menjadi pembatas antara mereka dan pertolongan.

Laporan Lapangan: Kondisinya Sama di Banyak Kabupaten

Informasi yang diterima redaksi kami memperlihatkan situasi serupa di Aceh Utara, Aceh Tamiang, dan Aceh Timur, Pidie Jaya. Beberapa titik bahkan disebut belum pernah tersentuh mobil logistik.

Bantuan ada, tetapi sampai di perbatasan. Melewati batas itu adalah PR yang belum terjawab tujuh hari setelah banjir.

Pemerintah Berupaya Menembus Sekat

Juru Bicara Pemerintah Aceh, Muhammad MTA, memastikan operasi darat terus dilakukan. “Semua pihak sedang bekerja. Mobilitas bantuan harus dipulihkan,” ujarnya.

Baca juga: Banjir Bandang Sumatra, Bukti Rapuhnya Manajemen Daerah Aliran Sungai

Gubernur Aceh juga memerintahkan pendataan menyeluruh. Kerusakan rumah, gagal panen, tambak runtuh, ternak mati, usaha roboh, sebagai dasar pemulihan pascabencana.

Hari ke-6 pascabanjir, warga Aceh Tamiang masih menembus genangan di jalan utama. Mobil, sepeda motor, dan pejalan kaki berusaha mencapai kampung masing-masing di tengah akses yang belum pulih. Foto: Kiriman Warga.
Hari ke-7, Krisis Mulai Bergeser

Memasuki hari ke-7 bencana, ancaman baru muncul:

  • stok obat menipis
  • air bersih tercemar
  • sanitasi buruk
  • potensi penyakit meningkat

Situasi ini bukan lagi soal evakuasi. Ini soal mencegah krisis kemanusiaan tahap kedua.

Ketika Helikopter Menjadi Garis Hidup

Dalam kondisi seperti ini, helikopter bukan sekadar sarana logistik. Helikopter adalah jembatan terakhir antara bantuan dan warga.

Dan negara pun membaca tanda itu. Ketika jalan-jalan hilang, langit menjadi satu-satunya pintu masuk. Pemerintah mengerahkan 28 helikopter ke Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat membawa harapan dalam kantong-kantong bantuan.

Baca juga: Aceh Terputus di Kutablang, Ribuan Harapan Menunggu…

Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya menyebut armada ini gabungan kekuatan TNI AU, AD, AL, Polri, BNPB, hingga Basarnas. Sebuah operasi udara yang lahir dari kesadaran sederhana namun genting: tanpa sayap yang terbang, ada nyawa yang tak tersentuh.

Ada bayi menunggu susu. Lansia membutuhkan obat. Petani butuh bertahan ketika sawahnya hanyut.

Aceh memanggil bukan hanya aparat, tetapi empati kolektif.

Selama beberapa hari ke depan, redaksi kami akan tetap membuka kanal laporan warga dan pemantauan lapangan agar cerita mereka tidak ikut tenggelam bersama banjir.

Aceh menunggu.
Dan kita tak bisa menutup mata. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *