Cuaca Panas Landa Indonesia, BMKG Ungkap Penyebab dan Cara Mengatasinya

Langit Jakarta diselimuti cahaya keemasan saat matahari terbit di atas Monas. BMKG memperkirakan cuaca panas ekstrem di berbagai wilayah Indonesia masih akan berlangsung hingga awal November 2025. Foto: Ilustrasi/ Tom Fisk/ Pexels.

JAKARTA, mulamula.id Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa cuaca panas ekstrem yang kini melanda berbagai wilayah Indonesia belum akan berakhir dalam waktu dekat. Fenomena ini diperkirakan masih terjadi hingga awal November 2025.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, penyebab utama suhu tinggi ini adalah gerak semu matahari yang pada Oktober berada di selatan ekuator.

“Kondisi ini diperkuat oleh Monsun Australia yang membawa udara kering dan hangat. Awan sulit terbentuk, sehingga radiasi matahari langsung mencapai permukaan bumi,” ujarnya, Rabu (15/10).

Paparan sinar matahari yang intens membuat suhu di berbagai wilayah, terutama bagian tengah dan selatan Indonesia, seperti Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua, meningkat tajam.

Suhu Tertinggi Capai 37,6°C

BMKG mencatat suhu maksimum pada 12 Oktober 2025 mencapai 36,8°C di Kapuas Hulu (Kalimantan Barat), Kupang (NTT), dan Majalengka (Jawa Barat). Sehari kemudian sempat turun menjadi 36,6°C di Sabu Barat (NTT), tetapi kembali meningkat ke 37,6°C di Majalengka dan Boven Digoel (Papua).

Citra satelit cuaca menunjukkan persebaran awan di wilayah Indonesia pada pertengahan Oktober 2025. Pola warna oranye menandakan wilayah dengan suhu permukaan tinggi akibat minimnya pembentukan awan, seiring pengaruh gerak semu matahari dan Monsun Australia. Foto: BMKG.

Fenomena ini menandai fase puncak musim panas di Indonesia bagian selatan. BMKG menyebut kondisi panas kemungkinan bertahan hingga posisi matahari bergerak menjauh ke selatan pada awal November.

Waspada Dampak Kesehatan dan Lingkungan

Cuaca panas ekstrem dapat menyebabkan dehidrasi, heatstroke, serta meningkatnya risiko kebakaran hutan dan lahan. BMKG mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap perubahan cuaca mendadak seperti hujan disertai petir dan angin kencang pada sore atau malam hari.

“Kondisi panas ini terjadi secara periodik, tetapi tahun ini lebih terasa karena dominasi massa udara kering dan lemahnya pembentukan awan,” kata Guswanto.

Langkah Mitigasi dari BMKG

Untuk mengurangi dampak cuaca panas ekstrem, BMKG menyarankan beberapa langkah sederhana:

  1. Batasi aktivitas di luar ruangan antara pukul 10.00–16.00.
  2. Gunakan pelindung diri, seperti topi, kacamata hitam, dan tabir surya.
  3. Perbanyak konsumsi air putih agar tubuh tidak kekurangan cairan.
  4. Rawat hewan dan tanaman, terutama di daerah dengan risiko kekeringan.
  5. Pantau informasi cuaca harian dari BMKG agar siap menghadapi perubahan mendadak.

Baca juga: Stay Cool: Tips Berkeringat Sehat di Tengah Cuaca Panas

BMKG juga mengingatkan pemerintah daerah agar memperkuat edukasi publik dan mengantisipasi lonjakan kebutuhan air bersih di wilayah rawan kekeringan.


Jejak Angka

Cuaca Panas Oktober 2025

  • Suhu tertinggi: 37,6°C (Majalengka & Boven Digoel)
  • Wilayah terdampak: Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua
  • Faktor dominan: Gerak semu matahari + Monsun Australia
  • Perkiraan berakhir: Awal November 2025
    (Sumber: BMKG, 2025)

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *