Dunia Hadapi Ancaman Jamur Ganas akibat Pemanasan Global

Perubahan iklim diam-diam mendorong evolusi jamur menjadi lebih ganas dan resisten, mengancam kesehatan manusia secara global. Foto: Ilustrasi/ Andi Chi/ Pexels.

PEMANASAN global tak hanya memicu gelombang panas dan krisis air. Di balik perubahan suhu, tersembunyi ancaman senyap namun mematikan: infeksi jamur.

Sebuah studi dari Universitas Manchester mengungkap tren mengkhawatirkan. Jika perubahan iklim tak terkendali, dunia akan menghadapi lonjakan infeksi akibat patogen jamur yang menyebar melampaui habitat asalnya. Eropa, bahkan Indonesia, diprediksi tak luput dari risiko ini.

Jamur dan Iklim, Kombinasi yang Mengancam

Peneliti memetakan tiga spesies jamur yang paling berpotensi menyebar luas di masa depan: Aspergillus flavusAspergillus fumigatus, dan Aspergillus niger. Ketiganya dikenal sebagai penyebab penyakit serius pada paru-paru, dan resistan terhadap banyak obat antijamur.

Aspergillus flavus, misalnya, diprediksi akan mengalami lonjakan persebaran hingga 16 persen. Ini berarti lebih dari satu juta orang tambahan di Eropa akan menghadapi risiko infeksi. Jika tren serupa terjadi di Asia Tenggara, kawasan tropis seperti Indonesia akan menghadapi tantangan baru dalam sistem kesehatan masyarakat.

Baca juga: Krisis Iklim, Bagaimana Dunia Berubah dalam 2 Derajat?

Menurut Dr. Norman van Rhijn, pemimpin riset, jamur punya keunggulan evolusioner: genomnya lentur, respons adaptasinya cepat. Mereka bisa menyesuaikan diri dengan suhu tinggi, kelembapan ekstrem, dan lingkungan yang berubah akibat aktivitas manusia.

“Jamur tak hanya berkembang di tempat lembap. Dengan suhu global naik, mereka bisa menjajah wilayah yang sebelumnya steril,” katanya mengutip Phys.

Masih Minim Perhatian

Berbeda dengan virus atau bakteri, riset tentang jamur patogen masih minim. Padahal, infeksi jamur bisa berakibat fatal, apalagi jika menyerang pasien imunokompromais, lansia, atau mereka yang menderita penyakit kronis.

Perubahan iklim memperluas habitat jamur patogen, meningkatkan risiko infeksi serius di berbagai wilayah dunia, termasuk Eropa. Foto: Ilustrasi/ Marek Piwnicki/ Pexels.

Parahnya, dunia belum memiliki vaksin untuk infeksi jamur. Diagnosa pun sering terlambat karena gejalanya mirip infeksi saluran napas biasa. Dan karena struktur biologis jamur mirip dengan sel manusia, pengembangan obat menjadi sangat kompleks.

Baca juga: Krisis Iklim, 2024 Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah

“Jamur seakan terlupakan. Padahal mereka bisa jadi pembunuh senyap dalam sistem kesehatan dan pertanian kita,” ujar Viv Goosens dari Wellcome Trust.

Perubahan Iklim sebagai Katalis

Para ilmuwan kini sepakat: ketergantungan pada bahan bakar fosil mempercepat perubahan iklim—dan secara tak langsung memperluas jangkauan jamur patogen. Kondisi ini menciptakan lingkungan baru yang subur bagi jamur, sekaligus memperluas ancaman kesehatan global.

Baca juga: 170 Negara Belum Serahkan Target Iklim, Krisis 2°C Mengintai

Model iklim yang digunakan dalam studi ini menunjukkan bahwa wilayah dengan suhu meningkat dan kelembapan tinggi akan menjadi pusat pertumbuhan jamur baru. Ini mencakup banyak wilayah tropis seperti Indonesia, Filipina, hingga Brasil.

Perlu Deteksi Dini dan Pemetaan Risiko

Studi ini menegaskan pentingnya peta risiko sebaran jamur patogen di era iklim ekstrem. Pemetaan berbasis data dan iklim dapat membantu negara-negara bersiap lebih awal, mengarahkan sumber daya riset, serta menyusun kebijakan kesehatan publik yang responsif terhadap ancaman baru.

Infeksi jamur bukan lagi isu terbatas rumah sakit. Ini telah menjadi bagian dari krisis iklim. Saat suhu dunia naik, risiko pun meningkat—dan udara yang kita hirup bisa saja membawa ancaman tak terlihat. ***

Artikel ini hasil kolaborasi antara Mulamula.id dan SustainReview.id, untuk menghadirkan wawasan mendalam seputar isu keberlanjutan dan transformasi hijau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *