Era Disrupsi Balik, Apakah Startup Masih Bisa Bertahan?

Startup menghadapi tantangan baru di era disrupsi balik, di tengah dominasi raksasa teknologi yang semakin kuat. Foto: Fox/ Pexels.
Startup Baru, Masih Punya Peluang?

DUA dekade terakhir, dunia menyaksikan kelahiran disruptor besar seperti Uber, Netflix, Airbnb, Shopee, dan Gojek. Mereka mengguncang industri konvensional, mengubah cara orang bekerja, berbelanja, dan mengakses layanan.

Tapi kini, gelombang disrupsi seolah melambat. Startup baru tidak lagi muncul dengan revolusi besar, sementara raksasa teknologi semakin mengokohkan dominasinya.

Apakah era startup disruptif sudah berakhir? Atau masih ada celah bagi pendatang baru untuk mengguncang industri?

Pasar Tidak Lagi “Ramah” bagi Startup Baru

Dulu, startup bisa berkembang cepat karena didukung oleh:

  • Dana murah dari investor venture capital (VC)
  • Regulasi yang longgar
  • Konsumen yang haus inovasi

Namun, situasi sekarang berbeda.

Investor lebih selektif

  • Financial Times (2024) melaporkan bahwa pendanaan startup global turun 40% sejak 2022.
  • Fokus investor kini bukan lagi pada “potensi disruptif”, tapi pada keuntungan nyata.

Baca juga: Angel Investor, Jembatan Pendanaan untuk Startup

Regulasi lebih ketat

  • Pemerintah mulai mengontrol model bisnis ride-hailing, e-commerce, dan fintech agar lebih adil bagi pelaku usaha konvensional.
  • Banyak negara, termasuk Indonesia, telah melarang subsidi besar-besaran yang dulu menjadi strategi utama startup baru.

Konsumen lebih loyal pada merek besar

  • Perusahaan teknologi raksasa sudah punya ekosistem tertutup. Contohnya:
    • Apple dan Google menguasai ekosistem mobile, sulit bagi OS baru untuk masuk.
    • Shopee dan Tokopedia sudah terlalu dominan di e-commerce, membuat startup baru sulit menarik pengguna.

Hasilnya? Startup yang ingin sukses harus bermain dengan aturan baru.

Kunci Sukses, Fokus pada Niche dan Keunikan

Meski lebih sulit, startup disruptif tetap bisa muncul—asalkan mereka tidak meniru model lama, tapi menawarkan solusi baru yang benar-benar spesifik.

Startup AI & Automasi
  • Mistral AI (Prancis) berhasil menantang dominasi OpenAI dengan model AI yang lebih ringan dan efisien.
  • Humane AI Pin, startup yang mengembangkan gadget AI wearable, menarik perhatian meski bersaing dengan raksasa teknologi.
Bisnis Rintisan Climate Tech
  • Inovasi di energi terbarukan dan teknologi ramah lingkungan terus berkembang.
  • Sungrow dan Hithium, startup di bidang baterai dan energi surya, tumbuh pesat karena permintaan tinggi untuk solusi hijau.
Usaha Baru Web3 & Blockchain
  • Meskipun hype kripto menurun, startup seperti Polygon dan EigenLayer masih menarik perhatian investor dengan solusi blockchain baru yang lebih cepat dan murah.

Kesimpulannya? Startup yang berfokus pada niche baru dan tidak hanya meniru model lama masih bisa sukses.

Raksasa Teknologi Kini Juga Jadi “Disruptor”

Dulu, startup disruptif muncul melawan perusahaan besar. Sekarang, justru perusahaan besar itulah yang terus berinovasi dan “mendisrupsi diri sendiri”.

Baca juga: ‘Menjual Emosi’ di Balik Kesuksesan Merek-merek Ternama

Microsoft dan Google di AI
  • Microsoft berinvestasi besar di OpenAI dan mengintegrasikan AI ke dalam ekosistemnya.
  • Google meluncurkan Gemini untuk menyaingi ChatGPT.
Microsoft terus berinovasi di era disrupsi balik, dari investasi di AI hingga ekspansi layanan cloud untuk mempertahankan dominasinya. Foto: Angel Bena/ Pexels.
Tesla dan Revolusi Mobil Listrik
  • Tesla tidak hanya mengganggu industri otomotif konvensional, tapi juga mendisrupsi diri sendiri dengan inovasi otonom dan robotaxi.
Amazon dan Dominasi E-Commerce
  • Amazon terus berinovasi di AI, logistik drone, dan layanan cloud, membuat pesaing sulit menyalip.

Ini membuat startup baru semakin sulit bersaing, karena raksasa teknologi juga terus mendisrupsi diri mereka sendiri.

Disrupsi Belum Berakhir, Tapi…

Era startup disruptif yang tumbuh cepat dengan modal besar memang sudah berakhir. Tapi disrupsi sendiri tidak akan pernah berhenti.

  • Startup baru tetap bisa sukses, tetapi harus menemukan niche yang unik.
  • Perusahaan besar kini juga menjadi disruptor, terus berinovasi agar tetap dominan.
  • Persaingan lebih sulit, tetapi bukan berarti mustahil.

Baca juga: Tantangan Sukses Startup Belanja Bahan Makanan di Indonesia

Siapa tahu, disruptor besar berikutnya sedang berkembang di suatu tempat saat ini—mungkin di bidang AI, energi terbarukan, atau bahkan sesuatu yang belum kita bayangkan?

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *