Era Physical AI Sudah Dimulai, Apa Bedanya dengan Generatif AI?

Physical AI dipandang sebagai puncak evolusi kecerdasan buatan, setelah perception AI, generatif AI, dan agentic AI. Foto: Ilustrasi/ Nvidia.

PERJALANAN kecerdasan buatan (AI) terus bergerak cepat. Setelah publik terpukau dengan generatif AI, kini Nvidia menegaskan bahwa dunia teknologi sudah masuk ke fase baru, physical AI.

“Sekarang kita sudah berada di atas generatif AI, masuk ke physical AI,” kata Enterprise Business Country Manager Nvidia, Andry Gunawan, dalam acara Graduation Laskar AI 2025 di Jakarta, pekan lalu.

Dari Perception AI hingga Generatif AI

Andry menjelaskan, perkembangan AI dapat dibagi ke dalam beberapa fase. Pertama adalah perception AI, fondasi dari pembelajaran mesin modern. Pada fase ini, sistem AI belajar memahami data melalui pengenalan pola dan interpretasi.

Baca juga: AI Telkom Siap Isi Ruang Kosong di BUMN

Tahap berikutnya adalah generatif AI. Jenis AI ini meledak popularitasnya dalam beberapa tahun terakhir karena mampu menciptakan konten baru, mulai dari teks, musik, film, hingga visual hanya dengan perintah sederhana atau prompt.

Agentic AI, Jembatan Menuju Physical AI

Sebelum masuk ke physical AI, ada fase agentic AI. Pada tahap ini, AI berfungsi layaknya asisten digital yang dapat mengeksekusi pekerjaan, mengatur alur kerja, hingga menyelesaikan masalah kompleks tanpa banyak intervensi manusia.

Physical AI Puncak Evolusi?

Physical AI disebut sebagai puncak evolusi kecerdasan buatan. CEO Nvidia Jensen Huang menggambarkannya sebagai sistem yang mampu memahami hukum fisika, interaksi spasial, hingga dinamika lingkungan nyata.

Baca juga: OpenAI ‘Putar Arah’, GPT-4o Kembali Setelah GPT-5 Dikeluhkan Kaku

Berbeda dengan generatif AI yang hanya menghasilkan konten digital, physical AI dirancang untuk beroperasi di dunia fisik yang penuh ketidakpastian. Model ini membutuhkan pemahaman tentang:

  • Geometri & penalaran spasial → memahami ruang tiga dimensi dan interaksi antarobjek.
  • Dinamika fisik → seperti gravitasi, gesekan, dan kelembaman.
  • Kesadaran temporal → kemampuan memprediksi perubahan seiring waktu, misalnya perubahan cuaca atau pergerakan objek.
Robot industri cerdas di pabrik industri digadang menjadi wujud nyata physical AI dalam mendukung efisiensi dan industri masa depan. Foto: Nvidia.
Menuju Era Robotika

Huang menekankan, ketika kemampuan physical AI ditanamkan ke dalam wujud fisik seperti robot, dunia akan memasuki fase baru robotika. Bayangkan pabrik masa depan yang lebih otomatis, efisien, dan mampu mengatasi krisis tenaga kerja global.

“Gelombang berikutnya mengharuskan kita memahami hal-hal seperti gesekan, kelembaman, dan sebab-akibat. Jika AI fisik dipadukan dengan robot, maka pabrik generasi baru akan lebih cerdas dan robotik,” jelas Huang.

Baca juga: Bandara Dubai Tes X-Ray Tanpa Bongkar Tas

Dalam 10 tahun ke depan, physical AI diprediksi menjadi tulang punggung revolusi industri baru. Bukan hanya mengubah cara manusia bekerja, tetapi juga memperluas batas interaksi antara teknologi dan dunia nyata.

Era ini membuka peluang besar, mulai dari otomasi industri, transportasi cerdas, hingga sistem robot yang lebih adaptif dan aman. Namun, di sisi lain, juga menimbulkan pertanyaan etis dan sosial: bagaimana manusia tetap relevan di tengah otomatisasi yang kian masif? ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *