Indonesia Korban atau Biang Kerok Krisis Iklim?

Kabut polusi di Jakarta jadi pengingat: kita korban krisis iklim, tapi juga penyumbang emisi. Foto: Tom Fisk/ Pexels.

INDONESIA lagi mengincar dana Loss and Damage dari skema internasional buat bantu negara berkembang hadapi krisis iklim. Tapi jalannya nggak bakal mulus.

Kenapa? Karena posisi Indonesia serba dilematis. Di satu sisi, kita jelas jadi korban perubahan iklim. Banjir makin sering, kekeringan bikin pusing, dan kenaikan muka laut bisa “telan” banyak wilayah pesisir. Di sisi lain, Indonesia juga tercatat sebagai salah satu penyumbang emisi terbesar dunia, terutama dari energi fosil dan deforestasi.

Dilema Dua Wajah

Greenpeace Indonesia, lewat Khalisah Khalid, blak-blakan bilang kalau akar masalahnya ada di ekonomi ekstraktif. Model pembangunan yang masih andalkan tambang, energi fosil, dan alih fungsi hutan bikin Indonesia susah keluar dari jebakan emisi.

Baca juga: Indonesia Terancam Iklim Ekstrem Hingga 2100

“Ekonomi ekstraktif itu sudah gagal. Bikin krisis multidimensi dan ngga menyelesaikan masalah,” kata Khalisah. Jadi wajar kalau di forum internasional kayak COP, posisi Indonesia nggak sekuat negara pulau kecil yang nyaris nggak nyumbang emisi tapi kena dampak paling parah.

Fakta singkat posisi Indonesia dalam krisis iklim: emisi, deforestasi, pesisir, dan akses dana Loss and Damage. Desain Grafis: Daffa Attarikh/ MulaMula.
Reputasi di Mata Dunia

Di panggung global, Indonesia sering dipandang abu-abu. Kita teriak minta keadilan iklim, tapi masih betah pakai batu bara dan belum ngebut masuk energi terbarukan. Itu yang bikin akses ke dana Loss and Damage bisa alot.

Baca juga: Rusak Iklim Bisa Bikin Negara Digugat, Kata Mahkamah Internasional

Pertanyaannya, apakah dunia percaya sama komitmen Indonesia? Atau justru skeptis karena masih ngebul sama emisi?

Saatnya Move On dari Ekonomi Ekstraktif

Khalisah menegaskan, kalau Indonesia serius mau dapat dana kompensasi, saatnya move on. Bukan cuma retorika soal kerentanan iklim, tapi aksi nyata, Investasi energi bersih, perkuat tata kelola hutan, dan lindungi masyarakat di garis depan dampak iklim.

Dana Loss and Damage mestinya jadi peluang. Bukan sekadar duit ganti rugi, tapi modal untuk bener-bener geser arah pembangunan ke ekonomi hijau. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *