Jakarta Harus Percepat Elektrifikasi Transportasi Publik

Pengembangan transportasi publik listrik adalah solusi polusi udara dan peluang bagi Jakarta menjadi kota hijau. Foto: El Jusuf/ Pexels.

MENTERI Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menekankan pentingnya elektrifikasi transportasi publik untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta. Dalam beberapa tahun terakhir, Jakarta terus berjuang melawan polusi udara yang tinggi, berdampak buruk pada kesehatan warga dan membebani ekonomi kota dengan kerugian mencapai puluhan triliun rupiah.

“Kami akan dorong Jakarta untuk memenuhi kelayakan elektrifikasi alat transportasi massalnya,” kata Hanif di Depok, Senin (4/11). Menurutnya, selain memperbaiki kesehatan warga, langkah ini dapat menekan biaya penanganan polusi udara yang mencapai hampir Rp52 triliun per tahun.

Peluang dan Tantangan Elektrifikasi Transportasi

Langkah konkret menuju transportasi hijau mencakup rencana penambahan 5.000 bus listrik sebagai bagian dari transportasi massal. Rencana ini muncul dari inisiatif pemerintahan sebelumnya lewat usulan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

“Nantinya bus transportasi kita akan ada 5.000 bus yang kita masukkan EV (electric vehicle) secara bertahap,” jelas Luhut pada Agustus lalu. Penggunaan bus listrik ini harapannya mampu menurunkan emisi PM2,5, partikel polutan yang berbahaya, khususnya bagi anak-anak dan ibu hamil.

Baca juga: Jakarta Berencana Batasi Kendaraan Bermotor untuk Atasi Macet dan Polusi

Namun, pelaksanaan program ini menghadapi beberapa tantangan signifikan. Mulai dari pendanaan, infrastruktur pendukung, hingga kesiapan sumber daya manusia untuk mengelola operasional dan pemeliharaan kendaraan listrik.

Manfaat Lingkungan dan Sosial dari Kendaraan Listrik

Pemerintah berharap penggunaan bus listrik dapat menurunkan indeks polusi udara di Jakarta, yang saat ini berada di kisaran tidak sehat dengan angka 170 hingga 200. Selain memperbaiki kualitas udara, program elektrifikasi ini juga sejalan dengan target jangka panjang pemerintah dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mendorong penggunaan bahan bakar rendah sulfur.

Selain itu, pemerintah mempertimbangkan opsi teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk menurunkan hujan ketika tingkat polusi udara mencapai level kritis. Langkah ini bertujuan sebagai intervensi darurat untuk mengatasi peningkatan polusi dalam jangka pendek.

Kerugian Ekonomi akibat Polusi Udara dan Harapan Baru

Kualitas udara yang buruk telah menciptakan beban ekonomi yang besar bagi Jakarta. Berdasarkan laporan, pemerintah menghabiskan sekitar Rp38 triliun untuk biaya kesehatan yang terkait dengan dampak polusi udara, termasuk peningkatan kasus penyakit pernapasan seperti pneumonia.

Dengan program elektrifikasi transportasi dan berbagai langkah pendukung lainnya, Jakarta harapannya dapat mengurangi angka ini dalam beberapa tahun ke depan.

Masa Depan Jakarta dengan Transportasi Ramah Lingkungan

Pengembangan transportasi publik berbasis listrik ini tidak hanya menawarkan solusi untuk polusi udara, tetapi juga membuka peluang bagi Jakarta untuk menjadi contoh kota hijau di Indonesia.

Baca juga: Menuju Keberlanjutan, Indonesia Percepat Kebijakan Emisi Karbon

Kendati masih banyak tantangan yang harus dihadapi, pemerintah optimis bahwa inisiatif ini akan membawa Jakarta menuju lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Termasuk memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat serta perekonomian lokal. ***

Artikel ini hasil kolaborasi antara Mulamula.id dan SustainReview.id, untuk menghadirkan wawasan mendalam seputar isu keberlanjutan dan transformasi hijau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *