Jejak Emisi Kelas Atas: Ironi Private Jet dan Beban Lingkungan

Private jet, simbol kemewahan yang berdampak besar pada emisi global. Gaya hidup segelintir orang, beban lingkungan kita semua. Foto: Ilustrasi/ Asad Photo Maldives/ Pexels.

DI TENGAH meningkatnya kesadaran akan perubahan iklim, penggunaan private jet oleh para elit dunia menjadi sorotan tajam. Meskipun hanya digunakan oleh sekitar 0,003% populasi global, dampak lingkungan yang dihasilkan tak main-main.

Studi terbaru menunjukkan bahwa pada 2023, kelompok pengguna jet pribadi ini menciptakan sekitar 15,6 juta ton karbon dioksida (CO₂), bahkan lebih besar dari total emisi beberapa negara kecil di Eropa.

Para peneliti dari universitas di Swedia, Jerman, dan Denmark menganalisis hampir 19 juta penerbangan private jet antara 2019 hingga 2023. Mereka menemukan bahwa 47,4% dari penerbangan tersebut menempuh jarak di bawah 500 kilometer. Jarak yang sebenarnya bisa menempuhnya dengan menggunakan transportasi umum yang lebih ramah lingkungan.

Baca juga: Biaya Polusi Udara Jakarta: Rp52 Triliun per Tahun

Di sisi lain, penggunaan private jet banyak terpusat di Amerika Serikat, di mana 68,7% jet pribadi terdaftar, dan Miami mencatat 6% keberangkatan global.

Puncak Emisi di Acara Internasional

Menariknya, emisi private jet melonjak saat acara internasional seperti Piala Dunia 2022 dan konferensi iklim COP28 di Dubai, di mana sekitar 644 penerbangan terkait COP28 sendiri menghasilkan 4.800 ton CO₂. Ironisnya, acara tersebut justru bertujuan mengurangi emisi karbon global.

Selain itu, studi menunjukkan bahwa private jet lebih sering jadi transportasi untuk liburan ketimbang urusan bisnis. Puncak penerbangan terjadi pada musim panas ke destinasi wisata dan di akhir pekan.

Baca juga: Menuju Keberlanjutan, Indonesia Percepat Kebijakan Emisi Karbon

Selain mengungkapkan ketimpangan penggunaan private jet, studi ini juga menyoroti ketidakadilan dalam kebijakan emisi. Dari sekitar 256.000 pengguna jet pribadi, mereka rata-rata memiliki kekayaan bersih sekitar USD 123 juta.

Di sisi lain, kebijakan emisi yang ada lebih sering menarget masyarakat umum. Sementara kelompok kaya yang menyumbang emisi tinggi sering kali luput dari perhatian.

Pajak Karbon Penerbangan

Dengan tren private jet yang terus meningkat, pembuat kebijakan berhadapan dengan dilema besar. Beberapa negara telah mulai menerapkan pajak karbon untuk penerbangan pribadi. Namun, memerlukan regulasi yang lebih kuat untuk menekan penggunaan jet pribadi.

Baca juga: Perubahan Iklim Hancurkan Tradisi Salju 130 Tahun di Gunung Fuji

Langkah-langkah seperti pajak lingkungan lebih tinggi atau insentif pengurangan penerbangan bisa menjadi solusi. Meski di Indonesia penggunaan private jet relatif kecil, masalah ini tetap menjadi refleksi bagaimana keputusan individu berpotensi besar mempengaruhi iklim global.

Sebagai upaya keberlanjutan, perlu adanya kebijakan yang berani untuk menekan emisi dari kalangan kaya demi masa depan lingkungan yang lebih baik. ***

Artikel ini hasil kolaborasi antara Mulamula.id dan SustainReview.id, untuk menghadirkan wawasan mendalam seputar isu keberlanjutan dan transformasi hijau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *