Jepang Gaspol Menuju Emisi Nol, Target 73% di 2040

Jepang menetapkan target pengurangan emisi 73% pada 2040 dalam peluncuran strategi iklim dan energi terbarukan, Selasa (18/2/2025). Foto: Bert Mulder/ Pexels.

PEMERINTAH Jepang menetapkan target ambisius untuk memangkas emisi gas rumah kaca hingga 60% pada 2035 dan 73% pada 2040 dibandingkan tingkat emisi tahun 2013. Dalam rencana tersebut, energi terbarukan harapannya memasok hingga 50% kebutuhan listrik Jepang pada 2040, sementara energi nuklir akan menyumbang 20%.

Rencana ini menjadi bagian dari strategi terpadu dekarbonisasi dan pengembangan industri yang telah mendapat persetujuan pemerintah Jepang. Selain menstabilkan kebijakan bisnis, langkah ini juga bertujuan memastikan keamanan energi dan pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

Komitmen Iklim yang Tegas

Dalam waktu dekat, Jepang akan mengajukan Nationally Determined Contribution (NDC) terbarunya di bawah Perjanjian Paris, dengan target pemotongan emisi 60% pada 2035 dan 73% pada 2040. Ini merupakan kelanjutan dari target jangka menengah Jepang untuk memangkas emisi sebesar 46% pada 2030.

Baca juga: Krisis Iklim Vs Janji Negara: Tenggat Terlewat, Aksi Masih Samar

“Meskipun lebih dari 80% komentar publik mendukung target yang lebih ambisius, kementerian terkait tetap menetapkan sasaran ini tanpa perubahan. Target ini mengacu pada hasil musyawarah para ahli sebelumnya,” ungkap pernyataan resmi pemerintah sebagaimana dikutip ESG News.

Perubahan Kebijakan Energi

Dalam revisi rencana energi nasional, Jepang meningkatkan target energi terbarukan hingga 50% dari total produksi listrik pada 2040. Sementara itu, energi nuklir akan mendapatkan porsi 20%, dengan rencana pembangunan reaktor generasi terbaru.

Langkah ini menandakan perubahan signifikan dari komitmen sebelumnya untuk meminimalkan ketergantungan pada energi nuklir.

Baca juga: Sepertiga Bumi Bisa Tak Layak Huni, Dunia di Ambang Krisis

“Utilitas Jepang menghadapi kesulitan dalam menghidupkan kembali reaktor nuklir sejak bencana Fukushima 2011, sehingga energi nuklir hanya menyumbang 8,5% dari pasokan listrik Jepang pada 2023,” tambah laporan tersebut.

Strategi Industri dan Ekonomi

Kebijakan nasional baru ini menggabungkan upaya dekarbonisasi dengan pengembangan industri. Salah satu fokus utamanya adalah menciptakan klaster industri di wilayah-wilayah dengan potensi tinggi energi terbarukan dan nuklir.

Meski ambisius, rencana Jepang menghadapi sejumlah tantangan. Sektor angin lepas pantai, misalnya, terhambat oleh tingginya biaya dan inflasi. Mitsubishi Corp. bahkan tengah meninjau ulang tiga proyek domestiknya.

Baca juga: Second NDC Indonesia, Langkah Nyata atau Sekadar Janji Iklim?

Ketidakpastian geopolitik juga menjadi tantangan, termasuk perubahan kebijakan iklim di Amerika Serikat. Kebijakan mantan Presiden AS, Donald Trump, yang menarik diri dari Perjanjian Paris dan skeptis terhadap energi terbarukan turut mempengaruhi upaya ekspansi global Jepang.

Rencana Jepang yang mengintegrasikan dekarbonisasi dengan pertumbuhan ekonomi ini merupakan langkah maju yang signifikan. Namun, tantangan finansial dan politik tetap menjadi penghalang yang perlu diatasi untuk mencapai kesuksesan jangka panjang. ***

Artikel ini hasil kolaborasi antara Mulamula.id dan SustainReview.id, untuk menghadirkan wawasan mendalam seputar isu keberlanjutan dan transformasi hijau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *