Gubernur Aceh ke Bupati: Jangan Cengeng, Kalau Tak Mampu Mundur

Gubernur Aceh Muzakir Manaf memberi pernyataan di hadapan wartawan terkait respons bupati atas banjir besar yang melanda provinsi itu, Kamis (4/12/2025). Foto: screenshot @paseimages.

BANDA ACEH, mulamula.id Gubernur Aceh Muzakir Manaf mengirim pesan keras kepada para bupati yang dinilai tidak sanggup menangani dampak banjir besar yang melanda wilayahnya. Ia menegaskan kepala daerah tidak boleh “cengeng” dan lari dari tanggung jawab.

“Jika tidak mampu, mundur,” tegasnya ketika menjawab pertanyaan wartawan mengenai laporan adanya sejumlah pemimpin daerah yang tidak sanggup menangani krisis. Hingga Kamis (4/12), sedikitnya tiga bupati dikabarkan telah menyatakan menyerah, masing-masing Aceh Timur, Aceh Utara, dan Bener Meriah.

Menurut Muzakir, bencana besar seperti banjir semestinya menjadi momentum bagi kepala daerah untuk hadir secara langsung, memimpin respons, dan memastikan semua instansi bekerja. “Jangan ambil alasan tidak tahu. Kita harus proaktif membantu masyarakat,” katanya.

Baca juga: Banjir Aceh: Bantuan Mengalir, tetapi Jalan ke Desa-desa Masih Putus

Seruan itu muncul di tengah kerusakan luas akibat banjir yang menghantam Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, Bireuen, hingga wilayah tengah dengan total 18 kabupaten/ kota. Ribuan rumah dan fasilitas publik rusak, akses logistik terputus, dan puluhan ribu warga mengungsi.

Bantuan Mengalir, tetapi Tantangan Masih Berat

Pemerintah provinsi mengirimkan truk-truk bantuan berisi beras, air minum, dan kebutuhan pokok lainnya ke daerah terdampak. Namun, gubernur mengakui bahwa respons darurat hanyalah tahap awal. Aceh membutuhkan sumber daya besar untuk rehabilitasi rumah warga dan memperbaiki layanan publik.

Menurutnya, lebih dari 20.000 rumah dilaporkan rusak atau hanyut tersapu banjir bandang. “Kita butuh banyak uang untuk membangun kembali,” ujarnya. Pemerintah daerah, katanya, harus bergerak cepat dan bekerja bersama lintas lembaga.

Publik Harapkan Kepemimpinan di Lapangan

Seruan gubernur memicu perbincangan publik. Di satu sisi dianggap sebagai teguran penting bagi pejabat daerah agar tidak berdiam diri. Namun, di sisi lain masyarakat berharap kritik itu dibarengi dukungan fiskal, informasi, dan koordinasi sistematis untuk memperkuat respons daerah.

Baca juga: Akses Medan-Aceh Tamiang Mulai Terbuka, Harapan Warga Mengalir Lagi

Di banyak titik, warga masih menembus akses berlumpur untuk mencari bantuan. Ini menegaskan bahwa pemimpin yang hadir secara fisik dan komunikasi yang jelas menjadi kunci di masa krisis.

Ujian Tata Kelola

Banjir Aceh memperlihatkan bahwa tata kelola bencana di tingkat daerah masih rapuh. Minimnya kesiapsiagaan, lemahnya koordinasi, dan lambatnya pengambilan keputusan menjadikan bencana semakin memukul warga. Pernyataan gubernur memperlihatkan urgensi pembenahan tersebut. ***

Reporter: Muhammad Ali.

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *