Ke Mana Perginya Batu Jumrah? Ini Proses Pengelolaan Ribuan Kerikil di Jamarat

Jemaah haji melempar kerikil ke salah satu tugu jumrah sebagai bagian dari ritual di Mina, Arab Saudi. Foto: Aulanews.

SETIAP musim haji, jutaan jemaah dari berbagai negara berkumpul di Mina, Arab Saudi, untuk melaksanakan lempar jumrah—ritual simbolik mengusir setan dengan melemparkan kerikil ke tiga tugu di kompleks Jamarat. Namun, satu pertanyaan yang kerap muncul: kemana perginya batu-batu yang dilempar itu?

Ternyata, kerikil-kerikil tersebut tidak dibiarkan berserakan. Tapi. dikelola secara sistematis oleh otoritas setempat.

Pengelolaan Canggih di Balik Ritual Jumrah

Begitu ritual selesai, batu-batu yang dilempar langsung jatuh ke ruang bawah tanah di bawah ketiga tugu jumrah—Ula, Wustha, dan Aqabah. Kedalamannya mencapai 15 meter. Di sanalah, sistem conveyor atau ban berjalan mulai bekerja. Mesin ini mengangkut batu ke area pengolahan.

Baca juga: Jejak Spiritual Haji, dari Arafah ke Muzdalifah dan Mina

Selanjutnya, kerikil disortir, disaring, dan disemprot air untuk membersihkan debu serta kotoran. Setelah itu, batu-batu disimpan dan dipersiapkan kembali untuk digunakan pada musim haji berikutnya. Proses ini dilakukan di bawah pengawasan Kedana, perusahaan pengelola situs suci tersebut.

Setiap musim haji, jutaan batu dilempar ke pilar jumrah yang menandai simbol perlawanan terhadap setan. Foto: Rehlata.
Distribusi dan Makna Spiritual

Tak hanya soal pengumpulan dan pembersihan, distribusi kerikil pun dikelola dengan rapi. Organisasi Hadiyah, bekerja sama dengan Kedana, mendistribusikan lebih dari 80 ribu kantong kerikil di 300 titik di jalur pejalan kaki Muzdalifah dan sekitar Jamarat. Tujuannya jelas—memudahkan jemaah dan menjaga ketertiban ibadah.

Baca juga: Tak Hanya Doa, Ibadah Haji Menuntut Fisik yang Tangguh

Setiap jemaah wajib melempar tujuh kerikil ke masing-masing dari tiga tiang, total 21 kerikil per hari. Jumlah ini dikalikan jutaan jemaah tentu menghasilkan tumpukan batu yang tak sedikit. Karena itu, manajemen dan daur ulang kerikil menjadi bagian penting dalam sistem penyelenggaraan haji modern.

Tiga tugu jumrah di Mina menjadi titik penting dalam perjalanan spiritual jemaah saat menunaikan ibadah haji. Foto: Hasuna.

Ritual lempar jumrah bukan sekadar aksi fisik. Ia sarat makna spiritual. Tiang-tiang jumrah dipercaya sebagai tempat munculnya setan yang dahulu dilempari oleh Nabi Ibrahim AS. Maka, pelemparan batu menjadi simbol melawan godaan setan dan pengingat untuk selalu taat kepada Allah SWT.

Baca juga: Arafah, Titik Puncak Haji yang Tak Boleh Dilewatkan

Dalam setiap lemparan, jemaah diharapkan mengingat pesan spiritual itu—bahwa ibadah bukan hanya soal ritual, tetapi juga perlawanan terhadap hawa nafsu dan godaan duniawi. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *