
DUNIA sedang menuju masa depan yang lebih panas. Peneliti global memperkirakan rata-rata setiap negara akan menghadapi 57 hari suhu ekstrem setiap tahun pada akhir abad ini. Namun, kabar buruknya Indonesia termasuk yang paling terdampak.
Negara Tropis di Tengah Gelombang Panas
Dalam laporan terbaru World Weather Attribution dan Climate Central, Indonesia disebut masuk daftar sepuluh negara yang paling sering mengalami panas ekstrem di masa depan.
Negara lain yang juga disebut antara lain Panama, Samoa, dan Kepulauan Solomon, semuanya negara kecil dan tropis yang justru nyaris tidak berkontribusi besar terhadap emisi karbon dunia.
Para peneliti menemukan, sepuluh negara paling terdampak hanya menyumbang 1 persen dari total emisi global.
Baca juga: Indonesia Terancam Iklim Ekstrem Hingga 2100
Sebaliknya, tiga penghasil karbon terbesar di dunia, Amerika Serikat, China, dan India, justru akan menghadapi tambahan hari panas ekstrem yang jauh lebih sedikit, hanya sekitar 23–30 hari per tahun.
Ironi Iklim yang Tak Adil
Kondisi ini disebut sebagai bentuk nyata ketimpangan iklim global. Negara yang minim emisi justru paling menderita akibat krisis yang mereka tidak ciptakan.
Baca juga: Jejak 14 Perusahaan di Balik Gelombang Panas Mematikan
Menurut ilmuwan iklim Andrew Weaver dari Universitas Victoria, pemanasan global kini menimbulkan beban yang tak proporsional.
“Negara berkembang menjadi korban utama, dan ini berpotensi memperlebar kesenjangan ekonomi serta memicu instabilitas,” katanya.

Di Indonesia, dampaknya sudah terasa. Suhu di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Makassar sempat menembus 37°C pada pertengahan 2025, rekor tertinggi dalam dua dekade terakhir.
Gelombang panas ekstrem juga membuat kasus heatstroke dan dehidrasi meningkat, terutama di kawasan urban padat penduduk.
Perjanjian Paris Belum Menyelamatkan Dunia
Sejak 2015, dunia mencoba menahan laju pemanasan melalui Perjanjian Paris. Jika semua negara memenuhi janji pengurangan emisi, suhu global diperkirakan naik 2,6°C pada tahun 2100. Namun tanpa perjanjian itu, suhu bisa melonjak hingga 4°C dan dunia akan menghadapi 114 hari panas ekstrem setiap tahun.
Baca juga: Ironi Iklim Negara Pulau Kecil, 1 Persen Emisi 100 Persen Risiko
“Masih akan ada penderitaan, tapi tanpa aksi global sepuluh tahun terakhir, kondisinya akan jauh lebih parah,” kata Wakil Presiden Bidang Sains di Climate Central, Kristina Dahl, dikutip dari AP News.
Indonesia di Garis Depan COP30 Brasil
November ini, hampir 200 negara akan bertemu di Brasil dalam forum COP30. Indonesia diharapkan membawa suara kuat dari Selatan Global: menuntut pendanaan adaptasi iklim, keadilan karbon, dan perlindungan negara berkembang.
Baca juga: COP30, Perjuangan Negara Berkembang untuk Keadilan Iklim
Karena bagi Indonesia, krisis iklim bukan soal masa depan, tapi soal hari ini.
Ketika dunia memanas, Indonesia memang yang paling kepanasan. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.