
DI TENGAH gempuran profesi kesehatan modern, ada satu bidang yang kian mencuri perhatian, kiropraktik. Di luar negeri, profesi ini sudah mapan, lengkap dengan standar pendidikan dan lisensi resmi. Namun, di Indonesia, kiropraktik masih melangkah di jalan berliku, antara kebutuhan pasar, minim regulasi, dan pro kontra di kalangan medis.
Kiropraktik Merawat Tulang Belakang
Kiropraktik berfokus pada perawatan sistem muskuloskeletal, terutama tulang belakang. Praktiknya mengandalkan manipulasi manual atau adjustment untuk memperbaiki postur, mengurangi nyeri, dan mendukung fungsi saraf.
Menurut Mayo Clinic, manipulasi tulang belakang terbukti efektif untuk beberapa jenis nyeri punggung bawah, sakit leher, dan sakit kepala terkait tulang belakang, meski tidak semua pasien memberikan respons yang sama.
Sekilas, kiropraktik mirip dengan pijat urut atau fisioterapi. Bedanya, kiropraktik di banyak negara sudah punya basis pendidikan formal dengan metode yang dianggap lebih ilmiah.
Profesi dan Pendidikan
Menjadi seorang kiropraktor bukan sekadar kursus singkat. Di Amerika Serikat, Australia, dan Kanada, profesi ini hanya bisa dijalani setelah kuliah khusus empat tahun dan memperoleh lisensi resmi.
Di Indonesia, jalannya masih abu-abu. Melansir laporan Legal Status of Chiropractic by Country dari World Federation of Chiropractic (WFC), legalitas kiropraktik di Indonesia belum jelas dan bahkan bisa dianggap ilegal jika tanpa izin resmi. Tidak heran jika sejumlah klinik pernah ditutup pemerintah karena status hukumnya yang belum jelas.
Dinamika dan Kontroversi
Kiropraktik tak lepas dari kontroversi. Sebagian pasien merasa terbantu, terutama dalam mengatasi nyeri punggung dan leher. Mengutip studi JAMA Network Open, kombinasi perawatan medis biasa dengan kiropraktik terbukti menurunkan intensitas nyeri punggung bawah dan disabilitas jangka pendek pada personel militer AS, dibandingkan mereka yang hanya mendapat perawatan medis standar.
Namun, kritik juga muncul. Sebagian kalangan medis menilai klaim penyembuhan kiropraktik terlalu berlebihan. Risiko manipulasi tulang belakang yang salah pun menjadi sorotan karena bisa menimbulkan cedera serius.
Menurut review di Frontiers in Pain Research, manipulasi tulang belakang oleh kiropraktor memang bermanfaat, tetapi efeknya setara dengan fisioterapi standar. Artinya, kiropraktik bukan “obat ajaib”, melainkan salah satu opsi dalam perawatan nyeri muskuloskeletal.
Prospek di Indonesia
Permintaan layanan kesehatan alternatif terus meningkat. Gaya hidup modern membuat banyak orang rentan masalah postur akibat terlalu lama menatap layar laptop dan ponsel. Di sinilah kiropraktik menemukan ceruk pasarnya.
Bagi generasi muda yang tertarik dunia kesehatan, kiropraktik bisa menjadi profesi masa depan. Namun, syaratnya jelas, butuh regulasi yang tegas, standar pendidikan resmi, dan edukasi publik yang menyeluruh. Tanpa itu, profesi ini akan terus berada di persimpangan antara kebutuhan dan keraguan. ***
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.