Kota-kota di Jawa Bikin Bumi Makin Panas

Kemacetan di salah satu ruas utama Jakarta pada jam sibuk. Dominasi kendaraan pribadi jadi penyumbang utama emisi karbon di wilayah perkotaan. Foto: Dapur Melodi/ Pexels.

TINGGAL di kota besar memang menyenangkan. Akses mudah, pilihan transportasi banyak, dan segala kebutuhan tersedia. Tapi, siapa sangka, kenyamanan itu diam-diam menyumbang jejak karbon yang cukup besar bagi bumi.

Institute for Essential Services Reform (IESR) mencatat bahwa masyarakat di wilayah perkotaan Pulau Jawa menghasilkan emisi karbon individu tertinggi dibanding mereka yang tinggal di wilayah semi perkotaan maupun perdesaan. Rata-rata, satu individu di kota menyumbang 3,4 ton setara karbon dioksida (CO₂e) per tahun. Jumlah itu setara dengan karbon yang hanya bisa diserap 25 pohon dalam 20 tahun.

“Emisi terbesar berasal dari aktivitas transportasi, konsumsi makanan, dan kebutuhan energi rumah tangga,” ungkap Manajer Transformasi Sistem Energi IESR, Deon Arinaldo.

Baca juga: 76% Emisi Transportasi Bisa Ditekan, Asal Mobilitas Berkelanjutan Dijalankan

Kajian ini dilakukan di sembilan wilayah yang mewakili tiga karakter geografis berbeda: perkotaan (Jakarta Selatan, Bandung, Yogyakarta), semi perkotaan (Bogor, Cirebon, Serang), dan perdesaan (Purworejo, Banjarnegara, Cianjur). Sebanyak 483 responden dilibatkan dari total populasi 11,7 juta jiwa.

Hasilnya jelas. Rata-rata emisi individu per tahun di perkotaan mencapai 3,39 ton CO₂e. Di semi kota turun menjadi 2,81 ton, dan di pedesaan hanya 2,33 ton. Semakin urban suatu wilayah, semakin tinggi pula jejak karbon warganya.

Penyumbang utama berasal dari sektor transportasi (43,34 persen), diikuti konsumsi makanan (34,91 persen), serta kebutuhan rumah tangga seperti listrik dan LPG (21,08 persen). Menurut Irwan Sarifudin, Koordinator Clean Energy Hub IESR, dominasi kendaraan pribadi menjadi penyebab utama, ditambah minimnya transportasi publik yang efisien dan ramah lingkungan.

Kepadatan kota metropolitan seperti Jakarta memperlihatkan tingginya aktivitas konsumsi dan energi, yang berkontribusi besar terhadap emisi karbon individu. Foto: Tom Fisk/ Pexels.

Namun yang menarik, temuan ini juga membuka mata soal ketimpangan. Kelompok dengan pendapatan lebih tinggi cenderung menghasilkan emisi lebih besar karena konsumsi energi dan barang yang lebih intensif. Ironisnya, justru kelompok berpenghasilan rendah yang lebih rentan terdampak krisis iklim.

Dari Jejak ke Aksi

Untuk meningkatkan kesadaran publik, IESR mengembangkan platform Jejakkarbonku.id, kalkulator daring yang memungkinkan individu menghitung jejak karbon pribadinya berdasarkan moda transportasi, konsumsi makanan, dan penggunaan energi harian.

“Kesadaran ini penting. Jika semakin banyak orang peduli jejak karbon, maka akan muncul tekanan terhadap pasar dan layanan untuk menyediakan opsi yang lebih ramah lingkungan,” tambah Deon.

Baca juga: Jejak Emisi Kelas Atas: Ironi Private Jet dan Beban Lingkungan

IESR juga mendorong strategi pengurangan emisi yang disesuaikan dengan karakteristik tiap wilayah. Di perkotaan, pembangunan jalur sepeda, integrasi moda transportasi, dan infrastruktur kendaraan listrik menjadi prioritas. Di semi kota dan desa, akses transportasi publik serta insentif kendaraan listrik juga perlu diperkuat.

Di sisi rumah tangga, efisiensi energi bisa didorong melalui subsidi lampu hemat energi, penggunaan inverter, dan panel surya. Di sektor makanan, edukasi penting untuk mendorong konsumsi yang lebih rendah emisi, tetapi tetap sehat dan terjangkau.

Baca juga: Pohon Angin, Inovasi Energi Terbarukan di Tol Probolinggo-Banyuwangi

Saatnya Mengubah Arah

Jika kota-kota di Jawa sudah jadi penyumbang emisi terbesar, maka kota-kota pula yang bisa menjadi titik baliknya. Perubahan gaya hidup, kebijakan publik yang tepat sasaran, dan kesadaran kolektif bisa menjadikan bumi lebih teduh kembali. Dimulai dari tempat kita tinggal. ***

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *