Makedonia Utara, Nama Baru demi Masa Depan Baru

  • Bagian 1 dari 7 Tulisan “Negara-negara yang Berganti Nama
Skopje, ibu kota Makedonia Utara, menjadi saksi perjalanan panjang negara ini dalam mencari identitas dan rekonsiliasi dengan sejarahnya. Foto: Micko Damnjanovski/ Pexels.
Pengantar Redaksi

Mulai hari ini, mulamula.id menghadirkan seri artikel Negara-negara yang Berganti Nama. Sejumlah negara di dunia telah mengganti namanya karena berbagai alasan—dari warisan kolonial, identitas nasional, hingga tekanan geopolitik. Dalam edisi pertama ini, kita akan menelusuri kisah Makedonia Utara, negara kecil di Balkan yang harus mengubah namanya demi mengakhiri sengketa panjang dengan Yunani. Selamat membaca. – Red.

__________________________________________

Sengketa Panjang yang Menyandera Makedonia

BAYANGKAN sebuah negara yang telah merdeka sejak 1991, tetapi tetap menghadapi perdebatan internasional hanya karena namanya. Itulah yang dialami Republik Makedonia selama hampir tiga dekade.

Setelah pecah dari Yugoslavia, negara ini menggunakan nama Makedonia, yang segera ditentang oleh Yunani. Alasannya? Makedonia juga merupakan nama salah satu provinsi besar di Yunani, tempat kelahiran Aleksander Agung. Yunani khawatir penggunaan nama ini bisa memicu klaim teritorial atau menimbulkan kebingungan sejarah.

Baca juga: Islandia, Negara Tanpa Militer yang Andalkan NATO untuk Keamanan

Akibatnya, Yunani menggunakan hak vetonya untuk menghalangi Makedonia bergabung dengan Uni Eropa (UE) dan NATO. Selama bertahun-tahun, negara ini hanya bisa bergabung ke PBB dengan nama kompromi: The Former Yugoslav Republic of Macedonia (FYROM)—sebuah nama panjang yang tidak praktis.

Demi Masa Depan, Nama Harus Berubah

Tahun 2018, setelah negosiasi panjang, Perdana Menteri Zoran Zaev dari Makedonia dan Perdana Menteri Alexis Tsipras dari Yunani mencapai Kesepakatan Prespa. Isi perjanjiannya sederhana tetapi bersejarah: Makedonia akan menambahkan kata “Utara” dalam namanya untuk membedakan diri dari wilayah Makedonia di Yunani. Sebagai gantinya, Yunani akan mencabut veto dan mendukung keanggotaan negara ini di NATO dan UE.

Kesepakatan ini disambut dengan pro dan kontra. Di Makedonia, kelompok nasionalis menganggap perubahan nama sebagai bentuk “penghinaan sejarah”. Di Yunani, sebagian rakyat masih curiga bahwa Makedonia Utara bisa tetap mengklaim warisan Aleksander Agung.

Baca juga: Malta, Permata Mediterania dengan Sejarah Ribuan Tahun

Namun, perubahan tetap terjadi. Pada 12 Februari 2019, Republik Makedonia resmi menjadi Makedonia Utara. Tak lama setelahnya, negara ini bergabung dengan NATO pada 2020, sebuah langkah strategis di tengah ketegangan geopolitik Balkan.

Skopje, jantung Makedonia Utara, melangkah ke era baru setelah perubahan nama yang mengakhiri sengketa panjang dengan Yunani. Foto: Micko Damnjanovski/ Pexels.
Profil Makedonia Utara

Makedonia Utara adalah negara kecil di Eropa Tenggara dengan luas 25.713 km²—sedikit lebih kecil dari Provinsi Aceh. Jumlah penduduknya sekitar 1,83 juta jiwa (2021).

Baca juga: Saint Kitts and Nevis, ‘Surga’ Tropis dengan Sejarah Kolonial

Secara ekonomi, negara ini masih tergolong berkembang. PDB nominalnya pada 2019 mencapai $11,3 miliar, dengan PDB per kapita sekitar $6.143. Sektor utama ekonominya meliputi pertanian, industri tekstil, serta ekspor logam dan energi. Bergabung dengan NATO dan membuka jalan ke Uni Eropa diharapkan bisa meningkatkan investasi dan stabilitas ekonomi.

Nama Baru, Babak Baru

Perubahan nama bukan sekadar formalitas. Bagi Makedonia Utara, ini adalah langkah pragmatis untuk keluar dari kebuntuan politik dan membuka peluang lebih besar di dunia internasional. Meski banyak tantangan, negara ini kini menatap masa depan dengan lebih optimistis. ***

Baca juga: Maladewa, Surga Laut di Tengah Samudra Hindia

Besok: Sri Lanka, dari Ceylon ke Identitas Baru

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel Mulamula.id dengan klik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *